Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo, dalam pidato penyampaian RUU APBN 2024 dan Nota Keuangan, di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Rabu (16/8), menegaskan bahwa Pemerintah telah memberikan berbagai dukungan untuk pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai di Indonesia.
Saat ini, Indonesia tengah bersiap memasuki fase industri kendaraan listrik. Langkah ini ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 yang bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk transportasi jalan.
Pemerintah telah menghadirkan berbagai kebijakan mendukung pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air, mulai dari pemberian berbagai insentif, penyediaan infrastruktur pengisian listrik, hingga menjadikan kendaraan listrik berbasis baterai sebagai kendaraan dinas.
Dalam konteks global tentang kesadaran perlunya berpindah ke sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, langkah Pemerintah untuk mendukung pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai memiliki makna yang sangat penting.
Berbagai insentif yang telah diberikan pemerintah tidak hanya berperan dalam merangsang pertumbuhan industri kendaraan listrik di dalam negeri, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang yang luas terhadap transformasi ekonomi.
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai, melalui kebijakan-kebijakan tersebut, Pemerintah secara aktif mendorong inovasi dan teknologi di sektor otomotif, membuka jalan bagi pengembangan industri baterai, komponen elektronik, serta infrastruktur pengisian daya.
Peningkatan produksi dan penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai akan membawa dampak positif dalam meningkatkan daya saing industri otomotif di Tanah Air.
"Kendaraan bermotor listrik berbasis baterai memiliki potensi besar dalam mendorong transformasi ekonomi dan penciptaan nilai tambah yang tinggi di berbagai aspek," ujar Yannes.
Penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai akan memberikan dorongan signifikan terhadap produksi nikel di dalam negeri dan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan industri otomotif yang tengah berkembang pesat.
Selain itu, hal tersebut juga akan berperan sebagai salah satu mesin devisa utama dengan memberikan nilai tambah yang besar bagi ekonomi Indonesia, terutama melalui sektor nikel.
Pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai juga membuka peluang untuk munculnya industri-industri baru, seperti manufaktur baterai, komponen elektronik, sistem pengisian daya, dan teknologi terkait lainnya. Kondisi ini berpotensi menciptakan lapangan kerja baru dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor terkait.
Dalam hal pertumbuhan kendaraan listrik, akan muncul inovasi-inovasi dalam bidang teknologi baterai, manajemen energi, kendali otomatis, serta perangkat lunak terintegrasi.
Hal ini dinilai akan membantu meningkatkan kemampuan teknologi di Indonesia, baik dalam kurikulum pendidikan vokasional seperti SMK otomotif maupun dalam riset tingkat lanjut di perguruan tinggi.
Sejalan dengan hal tersebut, Yannes mengatakan bahwa migrasi dari kendaraan bermotor berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik juga dapat berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara serta berpotensi mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.
Jadi, perkembangan kendaraan bermotor listrik akan membawa dampak positif yang signifikan dalam menciptakan pekerjaan baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor otomotif dan terkait.
Hadapi tantangan
Kendati demikian, industri kendaraan bermotor listrik di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya adalah infrastruktur pengisian daya yang belum memadai.
Ketidakmampuan untuk mengisi daya dengan mudah dan cepat dapat mengurangi daya tarik kendaraan listrik bagi konsumen. Pembangunan jaringan pengisian daya yang luas dan mudah diakses menjadi penting agar kendaraan listrik lebih praktis digunakan. Selain itu, biaya awal dalam pembelian kendaraan listrik yang masih terlalu tinggi juga dinilai masih menjadi hambatan bagi konsumen.
Hambatan lainnya adalah kepercayaan konsumen terhadap kualitas dan keandalan kendaraan listrik. Dalam beberapa kasus, ada kekhawatiran tentang masa pakai baterai, keamanan baterai dari thermal run out (terbakar dan meledak) serta performa kendaraan listrik dalam kondisi iklim tropis dan medan yang beragam di Indonesia.
Di samping itu, sebagian besar komponen kendaraan listrik masih diimpor, yang dapat mempengaruhi biaya dan ketersediaan. Yannes menilai diperlukan pengembangan industri-industri komponen lokal sebesar mungkin untuk mengurangi ketergantungan pada impor, meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dan meningkatkan daya saing industri kendaraan listrik dalam negeri.
Industri kendaraan listrik yang akan membenamkan investasi sangat besar dalam waktu panjang jelas memerlukan kebijakan yang konsisten dari Pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang stabil dan dapat diandalkan bagi investasi dan pengembangan.
Dukungan pelaku industri
Saat ini, peningkatan tren pengadopsian kendaraan listrik di masyarakat lambat laun mulai terlihat. Kendaraan-kendaraan berpelat biru mulai marak wara-wiri mewarnai jalan-jalan, khususnya di kota-kota besar.
Hal ini tidak lepas dari makin banyaknya kendaraan listrik yang ditawarkan oleh pelaku industri otomotif di dalam negeri.
Pelaku industri otomotif mendukung upaya Pemerintah dalam pengembangan kendaraan listrik sebagai wujud komitmen menuju masa depan Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.
"Berbagai upaya yang dilakukan oleh semua pemangku kepentingan, termasuk regulator tentu harus di apresiasi. Kami di Toyota sejalan dengan semangat tersebut untuk mencapai karbon netralitas juga gencar memperkenalkan berbagai teknologi elektrifikasi," ujar Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM)Anton Jimmi Suwandy
Tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah pembentukan ekosistem baru untuk teknologi elektrifikasi. Namun, dengan semakin positifnya respons pasar dan perkembangan infrastruktur yang mendukung, pihaknya optimistis bahwa industri elektrifikasi akan berkembang lebih besar di masa depan.
Hal senada juga disampaikan oleh Honda. Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor Yusak Billy menyatakan pihaknya mendukung upaya Pemerintah mendorong transformasi kendaraan listrik yang berdampak positif terhadap lingkungan, industri otomotif dan ekonomi nasional.
Pabrikan mobil tersebut juga mempunyai visi yang sejalan dengan Pemerintah dan akan mengikuti pertumbuhan pasar dan infrastruktur di Indonesia.
Jenama itu memiliki komitmen untuk mengatasi masalah lingkungan dan energi global dengan berusaha mewujudkan netralitas karbon untuk semua produk dan aktivitas perusahaan pada tahun 2050.
Ia menekankan pentingnya sektor otomotif dan jaringan pemasoknya sebagai kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.
Dalam mendukung pertumbuhan pasar otomotif di Indonesia, industri otomotif itu berkomitmen untuk menghadirkan produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Langkah ini dinilai tidak hanya akan memberikan manfaat bagi industri otomotif, tetapi juga bagi masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan.
Dengan komitmen Pemerintah dan semangat industri otomotif, masa depan kendaraan listrik di Indonesia diyakini akan cerah meski masih dihadapkan pada sejumlah kendala.
Melalui kerja sama solid antar-berbagai pemangku kepentingan, asa menuju lingkungan yang lebih bersih dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan semakin mendekati kenyataan.