Jakarta (ANTARA) - Bank Mandiri memproyeksikan inflasi Indonesia dapat turun ke kisaran 3-3,2 persen pada akhir 2023 dengan strategi pengelolaan pasokan pangan yang baik.
Ia mengatakan perkiraan inflasi tersebut lebih baik dibandingkan proyeksi awal di 3,6 persen. Inflasi yang terkendali akan mendukung pertumbuhan dan stabilitas sektor keuangan.
Menurut dia, saat ini inflasi semakin terkendali meskipun tantangan El Nino dapat meningkatkan potensi gangguan pasokan pangan. Hingga Juli 2023, inflasi tercatat 3,08 persen secara year on year (yoy) dan telah kembali dalam target Bank Indonesia di kisaran 2-4 persen.
Ia mengatakan El Nino diperkirakan dapat mempengaruhi produksi pangan di Indonesia sehingga perlu dipersiapkan strategi untuk mengantisipasinya. Kenaikan harga pangan sejak 2022 mayoritas dipengaruhi oleh kenaikan akan biaya input petani bersamaan dengan permintaan yang kembali pulih pasca pandemi.
Potensi El Nino atau musim kemarau ekstrem pada 2023 akan menyebabkan penurunan curah hujan di Indonesia. Puncak El Nino diperkirakan terjadi pada Agustus-September 2023. El Nino dikhawatirkan mempengaruhi ketersediaan air dan produktivitas tanaman pangan.
Sementara itu, pemerintah telah membahas persiapan menghadapi dampak El Nino, fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normalnya di Samudera Pasifik bagian tengah yang dapat menurunkan curah hujan dan memicu kekeringan di wilayah Indonesia.
Pemerintah juga terus konsisten dalam mengendalikan inflasi dengan berbagai upaya stabilisasi antara lain dengan menjaga pasokan dan kelancaran distribusi, serta mengantisipasi dampak gangguan cuaca dan risiko kekeringan.
Inflasi terus melanjutkan tren penurunan. Inflasi tahunan pada Mei 2023 tercatat empat persen dibanding periode sama tahun sebelumnya (yoy), menurun dari April 2023 yang sebesar 4,3 persen (yoy) dan merupakan angka terendah sejak awal tahun.
Selama ini, pemerintah terus melakukan upaya stabilisasi harga pangan dalam rangka menjaga ketahanan pangan. Hal tersebut tercermin pada pergerakan inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) yang melambat ke level 3,3 persen (yoy), lebih rendah dari April 2023 yang sebesar 3,7 persen (yoy).