Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyatakan pembangunan ke depan harus diarahkan untuk pengembangan lingkungan yang inklusif terhadap kemandirian penduduk lansia.
Pada tahun 2021, jumlah penduduk lansia di atas 60 tahun sudah sekitar 27 juta orang. Memasuki fase Indonesia Emas tahun 2045, penduduk berusia 65 tahun ke atas sekitar 14 persen dari total penduduk Indonesia yang saat itu mencapai 310 juta orang.
Melalui acara tersebut, diharapkan Silver Generation Club dapat menjadi pemicu dalam memberdayakan penduduk lansia.
Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden No 88 Tahun 2021 yang mencantumkan strategi nasional kelanjutusiaan sebagai strategi utama dalam mempersiapkan aging population (penuaan penduduk).
Menurut dia, keberdayaan para lansia harus ditingkatkan dengan diberikan akses untuk pengembangan diri seperti pendidikan, seni budaya, dan kegiatan aktif di dalam komunitas.
“Dengan amanat itu, sebenarnya pijakan kebijakan kita sudah cukup kuat bagi kita, sehingga kita harus bergerak dengan cepat (agar) akses dari pemberdayaan ini juga bisa mencegah lansia yang sekarang ini sebenarnya sudah aktif, tetapi karena tidak ada kegiatan (menjadi) cepat sakit ataupun bedridden (terbaring di tempat tidur), kesepian, dan sebagainya,” ungkap Maliki.
Kementerian PPN/Bappenas bersama Kementerian/Lembaga dan mitra pembangunan disebut telah mendorong percepatan implementasi strategi nasional kelanjutusiaan di tingkat daerah maupun secara nasional dengan berbagai kegiatan. Mulai dari sosialisasi hingga edukasi sebagaimana yang dilakukan dalam kegiatan Silver Generation Club.
Bagi dia, program pemberdayaan lansia bukan hanya pekerjaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, tetapi juga dapat melibatkan berbagai pihak dari Non-Governmental Organization (NGO), swasta, komunitas, hingga akademisi.
Jika melihat sejumlah negara seperti di Skandinavia, para penduduk lansia dinyatakan banyak menelurkan inovasi, antara lain dari sisi teknologi, sehingga menghasilkan produk-produk inovatif yang akhirnya menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.
“Saya pikir ini juga harus kita gali ke depan (untuk para penduduk lansia di Indonesia),” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, pihaknya mengharapkan acara Silver Generation Club dapat memberikan pelajaran tentang urgensi mengoptimalkan sumber daya manusia lanjut usia sebagai konsumen dan produksi, sehingga mampu menjadi silver economy (segmen pasar yang muncul dari populasi lanjut usia yang mendominasi pasar suatu negara).
Artinya, para penduduk lansia dapat bekerja, berwirausaha, dan meningkatkan kapasitas sesuai dengan kebutuhan mereka.
“Untuk menyukseskan pembangunan inklusif ramah lanjut usia, (dilakukan) dengan prinsip kolaborasi dan kesetaraan. Jadi, dibutuhkan fondasi yang kuat dan tepat dalam merumuskan upaya perbaikan program. Saat ini, dengan pola kerjasama antar pemerintah pusat, daerah, desa hingga masyarakat, kita belajar bersama (bahwa) berbagai komitmen kolaborasi ini bisa dibentuk (guna) mewujudkan secara nyata berbagai keberhasilan dan meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan, dan kemandirian sosial dan ekonomi masyarakat, terutama penduduk lanjut usia,” ujar Maliki.