Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut Indonesia memiliki potensi untuk mengolah dan mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) dari limbah kelapa sawit menjadi pellet biomassa.
Untuk diketahui, Pemerintah terus berupaya meningkatkan bauran energi terbarukan biomassa untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, salah satunya dengan mengembangkan bahan bakar padat dari limbah kelapa sawit atau pellet kelapa sawit.
Moeldoko mengatakan bahwa Indonesia punya potensi besar untuk pengembangan pellet kelapa sawit. Produksi kelapa sawit Indonesia mencapai 55 juta ton per tahun, yang menghasilkan limbah berupa serasah, pelepah, dan cangkang kelapa sawit yang dapat diolah menjadi pellet.
Menurut dia, potensi tersebut menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk membuka pasar pellet biomass di kancah internasional, sekaligus memastikan Indonesia kuat dalam pengembangan ekonomi hijau.
Ia menilai pellet kelapa sawit merupakan bahan bakar terbarukan yang memiliki emisi gas buang lebih rendah daripada batu bara dan solar.
Dengan memanfaatkan pellet kelapa sawit, kata dia, Pemerintah tidak hanya bisa mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru, dan memperkuat pertumbuhan industri sembari menjaga ketahanan energi nasional.
"Kami berharap pellet biomass ini menjadi komoditas sumber energi baru yang bisa digunakan dalam jangka panjang dan mendunia," ujar Moeldoko.
Saat ini sudah ada beberapa perusahaan luar negeri yang menandatangani kerja sama untuk pemanfaatan pellet kelapa sawit menjadi bahan baku pembangkit listrik.
Salah satunya, Helen Oy, perusahaan energi terbesar di Finlandia. Kerja sama ini akan dilaksanakan oleh PT Maulana Karya Persada, perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang pellet kelapa sawit.
"Kami siap bekerja sama dengan Finlandia untuk mengembangkan pellet kelapa sawit sebagai sumber energi baru yang berkelanjutan," kata Presiden Direktur PT Maulana Karya Persada Abi Maulana.
Pellet kelapa sawit, kata dia, memiliki beberapa keuntungan daripada bahan bakar fosil, di antaranya mengurangi emisi karbon, ketersediaannya melimpah, harga yang kompetitif, serta mudah diangkut dan disimpan.
Selain sebagai bahan baku pembangkit listrik, lanjut dia, pellet kelapa sawit juga bisa untuk industri dan transportasi.