Houston (ANTARA) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) didorong pengurangan pasokan lebih lanjut dalam produksi OPEC+ yang diperkirakan akan diumumkan pada pertemuan negara-negara anggota awal pekan depan.
Kedua minyak acuan tersebut telah jatuh selama empat minggu berturut-turut namun mulai pulih pada Jumat (17/11), menetap 4 persen lebih tinggi karena aksi ambil untung dan setelah tiga sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok produsen yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia itu akan mempertimbangkan apakah akan melakukan pengurangan pasokan tambahan ketika bertemu pada 26 November.
"Komentar OPEC yang mengisyaratkan pemangkasan lebih lanjut terjadi tepat pada waktunya," kata mitra Again Capital LLC John Kilduff.
Ia memperkirakan pengurangannya tidak akan terlalu besar. Saudi telah memangkas begitu banyak produksi dan tidak tahu berapa banyak lagi yang bisa mereka lakukan.
Goldman Sachs mengatakan bahwa berdasarkan model statistik keputusan OPEC, pemotongan yang lebih besar tidak boleh dikesampingkan mengingat penurunan posisi spekulatif dan rentang waktu, serta persediaan yang lebih tinggi dari perkiraan.
Harga minyak telah turun hampir 20 persen sejak akhir September karena produksi minyak mentah di AS yang merupakan produsen minyak utama dunia berada pada rekor tertinggi, sementara pasar mengkhawatirkan pertumbuhan permintaan terutama dari negara importir minyak nomor satu China.
Pekan lalu, harga minyak mentah lebih murah dibandingkan bulan-bulan mendatang yang menandakan adanya pasokan yang cukup.
Pedagang juga mengamati tanda-tanda kehancuran permintaan akibat kemungkinan resesi AS pada 2024 dan juga mempertimbangkan peringatan minggu lalu tentang kemungkinan deflasi dari Walmart, pengecer terbesar di AS.
Namun yang terpenting, para pedagang menunggu pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada Minggu (26/11).
Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow mengatakan para anggotanya akan fokus pada pasokan dan permintaan dan tidak menggunakan minyak mentah sebagai senjata melawan AS, yang mendukung Israel dalam perang tujuh minggu melawan Hamas.
"Beberapa negara khawatir perang ini akan meluas ke konflik regional. Mereka ingin melihat minyak mereka terus mengalir," kata Lipow.
Sumber: Reuters