Jambi (Antaranews Jambi) - Pusat Gender Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jambi (Unja) menggelar dialog bertema peran perempuan dalam rekonstruksi ilmu pengetahuan di perguruan tinggi dalam pembangunan berkelanjutan.
"Dialog ini digelar sebagai refleksi keprihatinan terhadap kondisi dan perlakuan terhadap kaum perempuan yang belum sepenuhnya mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan," kata Ketua Pusat Gender LPPM Unja Dr Dra Heriberta ME di Jambi, Jumat.
Kegiatan yang digelar di Aula LPPM Unja di Kampus Pinang Masak Mendalo Kabupaten Muarojambi itu, dihadiri oleh para dosen dan mahasiswa perguruan tinggi itu yang cukup antusiasme mengikuti dialog dan sekaligus pemaparan sejumlah program dari Pusat Gender LPPM Unja.
Istimewanya, kegiatan dialog yang diikuti para dosen dan mahasiswa perempuan di kampus itu, dihadiri oleh empat dari tujuh guru besar perempuan di kampus perguruan tinggi negeri tertua di Provinsi Jambi itu.
Keempat guru besar yang ikut menyampaikan pandangan dan pendapatnya pada dialog itu adalah Prof Dr Anis Tatik Maryani MP, Prof Dr Nurhayati MSc, Prof Dr Asni Jauhari MSi dan Prof Dr Adriani MSi.
Baca juga: 2.193 peserta SNMPTN lulus masuk Universitas Jambi
Baca juga: Sepeda santai meriahkan rangkaian dies natalis Unja (video)
Kegiatan yang kebetulan berdekatan dengan peringatan Hari Kartini, 21 April 2018 itu mengupas peran para peneliti perempuan di perguruan tinggi dalam mendorong berbagai hal untuk pengembangan ilmu pengetahuan, yang pada gilirannya bisa meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan, khususnya di Provinsi Jambi.
"Awalnya dari keprihatihan, angka kemiskinan di Jambi yang mencapai 51 ribu jiwa, artinnya bila setiap kelurga ada tiga empat orang, maka ada 17 ribu keluarga yang masih bermasalah kesejahteraanya," katanya.
Pihaknya mendorong agar pemerintah, melakukan program berkelanjutan dengan penanganan yang lebih intensif salah satunya dengan melibatkan peran perempuan dalam hal ini berbasis ibu rumah tangga dalam keluarga.
"Memang program itu ada di semua sektor, dinas dan lembaga. Namun terkadang program itu tidak sinergi dan tumpang tindih sehingga outputnya tidak maksimal. Juga perlu ada upaya-upaya untuk peningkatan kualitas keluarga mulai dari mempersiapkan jenjang pernikahan hingga awal tahapan berumahtangga," kata Beriberta.
Dialog itu juga menekankan perlunya optimalisasi pendidikan keluarga yang melibatkan perempuan dalam hal ini peran seorang ibu dalam memberikan pendidikan adat, pendidikan agama dan pendidikan etika.
"Itu perlu menjadi perhatian, karena pendidikan di tingkat keluarga sangat penting untuk pembangunan generasi. Tahapan pendidikan keluarga itu harus dipahami di setiap keluarga," katanya.
Juga dalam peningkatan kesejahteraan keluarga terkait dengan peningkatan ekonomi keluarga. Akses pembiayaan untuk modal usaha juga terkadang menjadi permasalahan bagi keluarga. Ia mencontohkan pinjaman koperasi terkadang memberikan kemudahan atau kelancaran usaha, namun di sisi lain ada yang bermasalah bahkan menjadi beban.
"Bila bunganya kecil bisa memberikan dampak positif, tapi bila berbunga besar itu jelas jadi beban. Selain itu juga perlu ada pendampingan kepada keluarga yang mendapatkan fasilitasi bantuan itu, sehingga tepat sasaran," katanya.
Ia menyebutkan, Pusat Gender LPPM Unja akan berupaya terus memberikan advokasi, salah satunya melalui para mahasiswa untuk bisa memberikan advokasi minimal kepada lingkungan keluarganya.***