Jakarta (ANTARA) - Mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan bahwa suplai minyak mentah Indonesia tidak tergantung dari negara-negara di Timur Tengah.
Lebih lanjut, Arcandra memaparkan data bahwa minyak mentah impor Indonesia sebesar 29,4 persen berasal dari Nigeria. Kemudian sebesar 41 persen dari Saudi Arabia, lalu 14,2 persen dari Australia, 5 persen dari Aljazair. Negara tersebut merupkan pemasok lima besar minyak mentah ke Indonesia.
Indonesia pernah mengimpor minyak mentah dari Iran sebagai pengganti alternatif dari Saudi Arabia, namun ketika dicoba di kilang Cilacap hasil yang diolah tidak sesuai dengan standar Indonesia.
Kemudian, Arcandra juga menjelaskan negara alternatif lain ketika Timur Tengah menghadapi konflik, Indonesia dapat impor minyak mentah dari Rusia ataupun Amerika.
Arcandra Tahar juga mengatakan bahwa cadangan minyak Indonesia terbukti hanya tersisa sekitar 0,2 persen cadangan dunia.
"Cadangan terbukti di bawah 3 miliar barel, ini data 2 sampai 3 tahun lalu, sebesar 0,2 persen Indonesia mewakili cadangan dunia," kata Arcandra.
Dari data tersebut menurutnya, bisa disimpulkan bahwa Indonesia boleh dikatakan bukan sebagai salah satu negara yang kaya minyak, karena cadangan terbukti hanya 0,2 persen dari cadangan dunia.
"Apakah dengan adanya sebuah negara mempunyai cadangan yang besar akan menentukan kemakmuran negara?," tanya Arcandra.
Dengan tegas, Arcandra menjawab tidak, cadangan minyak dan gas tidak menentukan maju apa tidak. "Buktinya Venezuela cadangan nomor 1 tapi bukan termakmur.
Selain itu, ia memaparkan Malaysia punya cadangan terbukti lebih besar dari Indonesia, yaitu di posisi 7 atau 8 urutan di atas Indonesia. Sedangkan Australia, China memiliki cadangan lebih besar lagi, Arab kedua terbesar diikuti Iran, Irak.
Baca juga: Impor minyak mentah Pertamina turun 35 persen
Baca juga: Pembelian minyak mentah dari Banyu Urip diapresiasi, mampu tekan impor