New York (ANTARA) - Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), menyusul reli yang kuat di sesi sebelumnya, setelah Uni Eropa (UE) meluncurkan rencana untuk menghapus minyak Rusia secara bertahap.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli terangkat 76 sen atau 0,7 persen, menjadi ditutup pada 110,90 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Rabu (4/5/2022) bahwa Uni Eropa akan menghentikan pasokan minyak mentah Rusia dalam enam bulan dan produk olahan pada akhir tahun. Rencana tersebut merupakan bagian dari paket keenam sanksi yang menargetkan Moskow atas operasi militernya di Ukraina.
Baca juga: Harga minyak naik di tengah kekhawatiran sanksi baru UE atas Rusia
Berita itu memicu kekhawatiran atas pasokan yang ketat. Standar minyak mentah AS dan Brent masing-masing melonjak 5,3 persen dan 4,9 persen, pada Rabu (4/5/2022).
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, mengatakan pada Kamis (5/5/2022) bahwa mereka akan tetap berpegang pada rencana yang ada untuk peningkatan produksi minyak moderat pada Juni meskipun harga minyak mentah melonjak.
Baca juga: Minyak lanjutkan kenaikan setelah berita larangan minyak Rusia dari UE
Aliansi tersebut menegaskan kembali "keputusan untuk menyesuaikan kenaikan produksi keseluruhan bulanan sebesar 432.000 barel per hari untuk Juni 2022," menurut sebuah pernyataan yang dirilis setelah Pertemuan Tingkat Menteri OPEC dan non-OPEC ke-28.
Sementara itu, dolar AS yang kuat menghadirkan hambatan untuk harga minyak. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, melonjak 1,14 persen menjadi 103,7540 pada akhir perdagangan Kamis (5/5/2022). Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.
Baca juga: Minyak melonjak 5 dolar saat Uni Eropa berencana larang minyak Rusia
Baca juga: Minyak menetap lebih tinggi didorong kekhawatiran pasokan