New York (ANTARA) - Harga minyak turun tipis pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena investor khawatir bahwa peningkatan kasus COVID-19 akan mengganggu permintaan sementara pasokan dapat naik dipicu potensi kebangkitan produksi minyak Libya, yang telah merosot sejak awal tahun.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun 43 sen atau 1,0 persen, menjadi menetap di 39,27 dolar AS per barel. Minyak mentah WTI telah meningkat 12,4 persen pada Juni, naik sekitar 95 persen pada kuartal tersebut, mencerminkan pemulihannya dari akhir Maret.
Baca juga: Harga minyak naik, namun dibayangi kenaikan kasus baru Corona di AS
Kontrak memangkas kerugian dalam perdagangan pasca-penyelesaian setelah data dari kelompok perdagangan API menunjukkan penarikan atau pengambilan minyak yang lebih besar dari yang diperkirakan dalam stok minyak mentah AS.
Permintaan bahan bakar telah pulih dari minggu terburuk wabah, tetapi kasus telah meningkat di negara bagian selatan dan barat daya AS. Negara-negara bagian timur laut seperti New York dan New Jersey menggandakan jumlah negara bagian di mana wisatawan harus menghadapi pembatasan karantina.
Para ahli memperingatkan "keseimbangan rapuh" di pasar minyak, dengan "faktor-faktor positif dan negatif muncul untuk membatalkan satu sama lain."
"Data ekonomi AS untuk Mei secara umum ternyata lebih baik dari yang diharapkan, namun kekhawatiran tentang gelombang kedua infeksi virus corona dan kemungkinan penguncian baru membebani sentimen," kata Eugen Weinberg, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan pada Selasa (30/6/2020).
Investor akan mencari tanda-tanda pemulihan permintaan dalam data persediaan mingguan yang dirilis Selasa (30/6/2020) dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) dan dari Pemerintah AS pada Rabu waktu setempat.
Libya sedang mencoba untuk melanjutkan ekspor, yang hampir seluruhnya diblokir sejak Januari karena perang saudara. Perusahaan minyak negara berharap pembicaraan akan mengakhiri blokade oleh pasukan berbasis timur.
"Jika kita akhirnya melihat dimulainya kembali dalam produksi Libya, ini akan membuat pekerjaan OPEC+ sedikit lebih sulit," kata bank Belanda ING.
Sebuah jajak pendapat Reuters dari para analis menunjukkan ekspektasi bahwa harga minyak akan terkonsolidasi pada kisaran 40 dolar AS per barel tahun ini, dengan pemulihan meningkat pada kuartal keempat.
Baca juga: Kementerian ESDM - DPR sepakati asumsi harga minyak 45 dolar AS/barel
Baca juga: Harga minyak turun tertekan lonjakan kasus COVID-19 dan produksi AS