New York (ANTARA) - Harga minyak melonjak lebih dari empat persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), mencapai level tertinggi dalam lebih dari setahun, setelah OPEC dan sekutunya setuju sepakat mempertahankan produksi tidak berubah hingga April, dengan alasan bahwa pemulihan permintaan dari pandemi virus corona masih rapuh.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April berakhir 2,55 dolar AS atau 4,2 persen lebih tinggi, menjadi 63,83 dolar AS per barel, juga setelah mencapai tertinggi sejak Januari 2020 pada 64,86 dolar AS.
"OPEC mengejutkan kami ... Pesan yang dikirim OPEC ke pasar adalah mereka sangat ingin melihat harga minyak semakin panas dan pada akhirnya, sangat membantu dalam mengurangi ketergantungan pada persediaan yang dibangun tahun lalu akibat COVID-19," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.
Beberapa analis telah memperkirakan OPEC+, aliansi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen utama lainnya, akan meningkatkan produksi sekitar 500.000 barel per hari.
Pemimpin kelompok itu, Arab Saudi, mengatakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela sebesar satu juta barel per hari (bph), dan memutuskan dalam beberapa bulan mendatang kapan akan menghentikannya secara bertahap.
“Namun ada satu duri dalam koktail bullish dan sangat sedikit yang terkejut. Rusia ingin meningkatkan produksi,” kepala pasar minyak di Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen mengatakan dalam sebuah catatan.
OPEC+ menyetujui melanjutkan tingkat produksi saat ini hingga April, kecuali bahwa Rusia dan Kazakhstan akan diizinkan untuk meningkatkan produksi masing-masing sebesar 130.000 dan 20.000 barel per hari pada April, kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan pada Kamis (4/3/2021).
"Selain Rusia, pemenang terbesar dari perpanjangan (pengurangan produksi) OPEC+ adalah AS. Dengan level harga seperti itu, yang sekarang lebih meningkat setelah berita kemungkinan konsensus perpanjangan, AS dapat dengan nyaman meningkatkan produksi, bahkan dari proyek-proyek dengan titik impas yang mahal, Tonhaugen menambahkan.
Juga mendukung sentimen, pasukan Houthi Yaman mengatakan mereka telah menembakkan rudal ke fasilitas Saudi Aramco di Jeddah.