Jakarta (ANTARA) - Harga Batubara Acuan (HBA) bulan Oktober 2020 mengalami kenaikan sebesar 3,2 persen dibandingkan HBA bulan September 2020.
"Sinyalmen positif industri yang mulai bangkit di China dan Jepang mengerek kenaikan HBA Oktober 2020. Permintaan batubara dari China meningkat karena harga batubara domestik China lebih tinggi daripada harga batubara impor," ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Kamis.
Agung menambahkan, mulai pulihnya industri baja dan otomotif Jepang ikut meningkatkan permintaan batubara global. Naiknya permintaan batubara di beberapa negara menyebabkan naiknya rata-rata indeks bulanan penyusun HBA, yaitu ICI naik 0,53 persen, Platt's naik 0,12 persen GCNC naik 6,29 persen, dan NEX naik 6,01 persen.
Semenjak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global sepanjang tahun 2020, HBA sempat menguat sebesar 0,28 persen pada angka 67,08 dolar per ton di bulan Maret dibanding bulan Februari 66,89 dolar per ton. Kemudian, HBA terus mengalami pelemahan ke angka 65,77 dolar per ton di bulan April dan 61,11 dolar per ton di bulan Mei. Selanjutnya di bulan Juni turun ke angka 52,98 dolar per ton, Juli 52,16 dolar per ton, dan Agustus 50,34 dolar per ton.
Sebagai informasi, HBA sendiri diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts 5900 pada bulan sebelumnya. Kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal per kilogram GAR.
Nantinya, harga acuan ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batubara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Veseel).
Baca juga: Harga Batubara Acuan turun lagi, jadi 49,42 dolar per September
Baca juga: Harga batu bara turun, PT Bukit Asam tingkatkan efisiensi