Jakarta (ANTARA) - Deputi III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP) Panutan S Sulendrakusuma mengatakan meskipun masih terdampak pandemi COVID-19, ekonomi Indonesia terus bergerak positif dan berangsur pulih.
"Indikator-indikator tersebut menunjukkan pemulihan ekonomi mulai bergerak positif," ujar Panutan dalam siaran pers KSP di Jakarta, Senin.
Baca juga: Presiden : Ekonomi mulai bangkit, banyak investasi di awal 2021
Secara rinci, Panutan memaparkan berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia pada Desember 2020, IKK bergerak ke level 96,5 dari posisi November 2020 pada level 92,0.
Peningkatan IKK ini mengindikasikan bahwa konsumen optimistis terhadap pemulihan ekonomi.
Dari hasil survei Bank Indonesia itu, tambah Panutan, penguatan tersebut terlihat baik di kategori pengeluaran dan tingkat pendidikan.
Data ini diperoleh setelah melakukan survei di 14 kota di Indonesia dan menunjukkan bahwa Bandar Lampung, DKI Jakarta, dan Denpasar menduduki posisi tertinggi pada IKK.
"Naiknya IKK pada kota-kota tersebut didukung oleh menguatnya ekspektasi masyarakat terhadap pemulihan ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja," ujar Panutan.
Begitu juga dengan indeks manufaktur atau purchasing managers index (PMI) manufaktur. Pada Desember 2020, PMI manufaktur yang berada pada level 51,3 bergerak positif menjadi 52 pada Januari 2021.
Menurut Panutan, naiknya PMI manufaktur ini mengindikasikan bahwa terdapat aktivitas yang manufaktur yang lebih ekspansif.
Kondisi ini juga menunjukkan naiknya permintaan yang akhirnya juga berpengaruh pada naiknya aktivitas produksi.
"Secara nasional ini merupakan berita yang sangat bagus, mengingat sektor manufaktur berkontribusi 21 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 2019," kata Panutan.
Di sisi lain, penyaluran KUR juga tumbuh positif. Panutan memaparkan penyaluran dana KUR sudah mencapai 100 persen atau setara dengan Rp190 triliun pada 2020.
Menurut dia, penyaluran KUR ini tergolong sukses, sehingga bisa membangkitkan aktivitas perekonomian masyarakat dan mendongkrak daya beli.
"Terutama dari sektor pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menguasai lapangan pekerjaan dan berkontribusi besar terhadap perekonomian," jelasnya.
Sementara itu, Panutan juga mengungkapkan, neraca perdagangan mencatat surplus sebesar 21,74 miliar dolar AS. Padahal, katanya, total ekspor secara kumulatif dari Januari hingga Desember 2020 turun 2,61 persen menjadi 163,31 miliar dolar AS.
Adapun indikator yang terakhir dilihat dari pelaksanaan vaksinasi yang mulai berlangsung pada 13 Januari 2021.
"Ini memunculkan optimisme sendiri bagi masyarakat dan pelaku usaha," katanya.
Dengan berbagai indikator tersebut, Panutan pun berharap optimisme bisa terbangun kembali. Namun, dia tetap mengingatkan penerapan protokol kesehatan berupa 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun) dan praktik 3T (tracing, testing dan treatment) tetap harus berjalan agar pemulihan ekonomi bisa terus menerus lebih baik ke depannya.
Baca juga: Presiden Jokowi: Ekonomi Indonesia sudah lewati titik terendahnya
Baca juga: Rektor UI: Kolaborasi ciptakan pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi