Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggandeng pemerintah daerah (pemda) dan Bank Indonesia (BI) untuk memacu program hilirisasi produk karet di Jambi, guna diversifikasi produk yang memiliki daya saing tinggi.
Potensi karet alam di Indonesia tahun 2020 tercatat sebanyak 3,5 juta ton. Salah satu daerah yang mampu memasok karet alam adalah Jambi.
Baca juga: Balai Litbang Kemenperin dukung hilirisasi produk karet alam
Provinsi tersebut mampu memasok sekitar 10 persen karet alam, setelah Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Riau. Meski demikian, pada 2019 hanya 21 persen karet yang diserap domestik, dan sisanya diekspor dalam bentuk karet remah, lateks pekat maupun ribbed smoke sheet.
Dalam upaya mendukung hilirisasi produk berbahan karet alam di daerah Jambi, BSKJI Kemenperin telah menandatangani kesepakatan dengan dengan Pemda Jambi terkait kerja sama penerapan teknologi industri komoditi unggulan di provinsi tersebut
“Kerja sama seperti ini perlu ditindaklanjuti untuk menciptakan ekosistem industri dan sinergi para pemangku kepentingan untuk dapat mendorong tumbuhnya industri hilir karet di Jambi, bahkan dapat dijadikan sebagai pilot project pola pengembangan komoditi unggulan di provinsi lainnya,” ujar Doddy.
Baca juga: Kemenperin dongkrak produksi hilirisasi olahan karet alam
Sebagai tindak lanjut kerja sama tersebut, salah satu unit kerja Kemenperin yakni Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand Industri) Palembang, secara intensif melakukan pendampingan dan transfer teknologi industri pengolahan karet alam di Provinsi Jambi.
“Sebagai langkah awal, kami melakukan pendampingan kepada UMKM lateks pekat di Muhajirin, Kabupaten Muara Jambi dan UMKM Pengolahan Karet di Kabupaten Sarolangun,” tutur Kepala Baristand Industri Palembang, Syamdian.
Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan pilot project hilirisasi karet dalam satu klaster kecil. Implementasinya, bahan baku karet yang akan diolah, dibeli dari petani karet desa setempat yang tergabung dalam satu Unit Pengolahan dan Pelelangan Bokar (UPPB), kemudian diolah menjadi brown creepe dan selanjutnya dijadikan kompon karet maupun barang karet,” kata Syamdian.
Selain kegiatan pendampingan, menurut Syamdian Baristand Industri Palembang, berpartisipasi aktif dalam memberikan konsultansi pengembangan UMKM dan penyusunan roadmap pengembangan UMKM sampai dengan 2023 dengan produk akhir ban vulkanisir, kompon karet vulkanisir, karet otomotif, karet keperluan rumah tangga dan karet keperluan tambang.
“Pada 2021 akan difokuskan pada alas kaki, karpet karet dan kompon karet yang saat ini sudah mulai berproduksi,” jelasnya.
Dalam upaya sinergi hilirisasi karet tersebut, Baristand Industri Palembang juga didukung sepenuhnya oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi.
“Nantinya BI akan memberikan bantuan pelatihan teknis, pengelolaan keuangan, dan bantuan permodalan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku,” sebut Syamdian.
Menurut Syamdian, nantinya program pengembangan UMKM di daerah tersebut tidak sebatas pada industri karet saja, tetapi juga pada komoditi lain seperti kopi, air minum dalam kemasan, olahan pangan lainnya.
“Ke depannya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Perwakilan Jambi akan mengandeng Baristand Industri Palembang untuk pendampingan produksi air minum di tiga pondok pesantren dan sertifikasi SNI kopi bubuk di Kabupaten Kerinci,” katanya.