Jakarta (ANTARA) - Ada suatu keyakinan yang muncul sehingga seseorang merasa lebih siap menjalani aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja, usai mengikuti vaksinasi COVID-19.
Jon yang merupakan Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menerima vaksin dosis pertama pada 17 Maret 2021, dan merasa gejala kantuk, sedangkan usai mendapat dosis kedua pada 6 April 2021, ia merasakan gejala pegal.
Vaksin tersebut telah melalui berbagai uji untuk menjamin keamanan, efikasi, dan mutunya. Pemberian vaksin juga merupakan suatu program yang berlaku secara umum di semua negara. Vaksinasi COVID-19 penting untuk menciptakan antibodi dalam tubuh agar mampu melawan infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Setelah mengikuti vaksinasi COVID-19 di Auditorium BPPT, Jon mengaku ada semacam kepercayaan diri yang muncul bahwa antibodi terbentuk sehingga merasa lebih siap untuk menghadapi kemungkinan terjangkit COVID-19 dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Jon mengatakan sudah memeriksakan diri ke dokter dan mendapati antibodi terhadap virus penyebab COVID-19 sudah terbentuk di dalam tubuhnya.
Namun demikian, ia menyadari bahwa keyakinan tersebut juga tidak bisa dijadikan sebagai sesuatu yang paling diandalkan dalam menghadapi pandemi COVID-19 karena bagaimana pun, meski sudah divaksinasi, protokol kesehatan wajib dilakukan dengan disiplin.
Meskipun imunitas sudah tercipta dari vaksin COVID-19 yang disuntikkan ke dalam tubuh, akan tetapi hal itu tidak serta merta membuat diri kebal terhadap COVID-19, melainkan hanya memampukan tubuh melawan serangan virus penyebab COVID-19 sehingga tidak membuat diri jatuh pada kesakitan yang parah bahkan sangat parah.
Kekebalan tubuh setelah imunisasi COVID-19 itu menjadi bagian penting dari perlindungan berlapis melawan COVID-19, yang mana protokol kesehatan tetap menjadi andalan atau prioritas utama untuk memerangi COVID-19.
Lagi pula tidak ada jaminan diri akan bebas dari COVID-19 jika sudah divaksinasi namun tidak melaksanakan protokol kesehatan secara ketat. Selain itu, tidak ada jaminan bahwa dari vaksinasi COVID-19 yang dilakukan saat ini, maka antibodi yang terbentuk akan bertahan selamanya.
Baca juga: 2.060 pelaku usaha wisata di Puncak Bogor jalani vaksinasi
Menurut Jon, vaksinasi lebih kepada menyiapkan tubuh melalui terbentuknya antibodi sehingga antibodi tersebut dapat membekali tubuh apabila ada semacam serangan virus atau dengan kata lain, tubuh sudah siap untuk menghadapi virus penyebab COVID-19 yang masuk tubuh.
Di sisi lain, virus penyebab COVID-19 juga terus bermutasi. Ada sejumlah varian baru yang muncul belakangan ini sehingga semua orang harus tetap waspada dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.
Oleh sebab itu, masyarakat yang belum dan sudah diberi vaksin sejatinya tidak boleh lengah dalam menerapkan protokol kesehatan, sedangkan vaksinasi melengkapi perlindungan yang sudah dibangun dengan implementasi protokol kesehatan.
Jon mengapresiasi program vaksinasi dan berbagai upaya terkait lainnya yang digalakkan pemerintah untuk menciptakan masyarakat yang lebih siap menghadapi era baru di tengah pandemi COVID-19.
Tentunya, vaksinasi COVID-19 diharapkan bisa menjangkau semua masyarakat Indonesia. Dengan demikian, semua bisa lebih siap menghadapi ancaman COVID-19 dan bisa beraktivitas tanpa kekhawatiran yang berlebihan ke depannya,
Semua lapisan masyarakat bisa lebih produktif, sedangkan aktivitas masyarakat bisa kembali normal, yang mana pada gilirannya pertumbuhan ekonomi secara nasional juga bisa kembali pulih seperti sebelumnya.
Sementara itu, penerima vaksin COVID-19 lain yakni peneliti dari Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ali Yansyah Abdurrahim mengaku tidak ada gejala yang dirasakan saat menerima dosis pertama vaksin pada April 2021, dan hanya mengalami sedikit meriang usai suntikan dosis kedua.
Secara pribadi, Ali mengaku kepercayaan dirinya lebih meningkat usai menjalani vaksinasi COVID-19.
Ia merasa lebih yakin saat bertemu orang untuk kepentingan pekerjaan di bidang riset atau kegiatan lain yang menunjang pekerjaannya, seperti pergi ke toko buku atau perpustakaan. Sebelum menjalani vaksinasi, ada kekhawatiran untuk melakukan kegiatan itu karena akan bertemu orang lain.
Setelah mengikuti vaksinasi COVID-19, Ali juga bisa bekerja dari kantor sehari atau dua hari dalam sepekan tanpa ada kekhawatiran yang berlebihan untuk tertular COVID-19. Tentunya, ia tetap menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin meski sudah divaksinasi.
Baca juga: Sri Mulyani: Program vaksinasi RI masuk peringkat ke-11 global
Kebijakan kantor juga sudah memperbolehkan untuk kegiatan penelitian ke lapangan tetapi tetap dengan melakukan protokol kesehatan yang ketat.
Ali mengapresiasi upaya pemerintah untuk melakukan vaksinasi COVID-19 terhadap masyarakat.
Dia berharap, pemerintah bisa lebih cepat lagi untuk melakukan vaksinasi karena masih banyak masyarakat lain yang belum menerima vaksin.
Saat ini, program vaksinasi nasional pemerintah dan vaksinasi gotong royong masih terus berlanjut dalam rangka membangun kekebalan kelompok (herd immunity) di tengah masyarakat.
Salah satu tujuan mengusahakan terciptanya kekebalan kelompok adalah menjaga kelompok rentan yang tidak dapat divaksinasi, misalnya karena kondisi kesehatan tertentu seperti reaksi alergi terhadap vaksin, agar aman dan terlindungi dari penyakit.
Kekebalan kelompok dapat tercapai jika sebagian besar penduduk Indonesia telah memiliki antibodi untuk melawan infeksi virus penyebab COVID-19 atau setidaknya 70 persen dari total penduduk. Harapannya, semua masyarakat memiliki antibodi tersebut.
Seiring berjalan program vaksinasi akan semakin banyak masyarakat yang mendapat vaksin dan memiliki imunitas sehingga diharapkan dapat meningkatkan perlindungan dari penularan pandemi COVID-19.
Semakin banyak yang terlindungi dari penularan virus itu, berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja dan mendorong percepatan pemulihan Indonesia, termasuk dari segi kesehatan dan ekonomi.
Baca juga: Pemerintah terima pasokan bahan baku 8 juta dosis vaksin Sinovac
Baca juga: Kadin: Vaksinasi gotong-royong dan prokes dorong ekonomi pulih
Baca juga: Presiden berharap vaksinasi bisa mencakup 70 juta warga pada September