Semarang (ANTARA) - Cita-cita masa kecil jika sampai terwujud merupakan kebahagiaan tersendiri. Namun, kebanyakan keinginan untuk menjadi dokter, tentara, polisi, dan profesi lain hanya sebatas di angan-angan.
Pada tahun 1970-an, satu di antara puluhan anak yang mengikuti karnaval di Kota Semarang, Jawa Tengah, tampak berpakaian beda. Dia mengenakan kemeja berdasi dan jas safari warna putih.
Di bahu kanan menggantung mirip kamera (terbuat dari bahan kayu berbalut kertas warna hitam). "Wartawan kecil" itu berjalan di antara puluhan anak yang berpakaian adat, tentara, polisi, dokter, bidan, dan lainnya.
Setelah lulus sekolah menengah atas (SMA), dia meneruskan pendidikannya di sebuah perguruan tinggi mengambil Jurusan Jurnalistik. Sebelum lulus, tepatnya Semester V, sebuah surat kabar ternama merekrut pada tahun 1986 meski dia tidak membuat surat lamaran kerja.
Dia menyadari bahwa keinginan kuat untuk meraih cita-cita tidak sekadar kehendak di dalam pikirannya, tetapi saat menempuh pendidikan formal merupakan bagian dari proses menuju impiannya. Pria kelahiran Kota Cirebon pada tahun 1964 itu kini bekerja di sebuah media nasional ternama milik negara.
Namun, tidak semua profesi seseorang itu sesuai dengan impiannya. Bahkan, menurut Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF) Irene Guntur, M.Psi., Psi., CGA, sebanyak 87 persen mahasiswa di Indonesia salah jurusan. Salah jurusan bisa memicu pengangguran.
Pernyataan Irene Guntur yang disiarkan sejumlah media daring (online) pada hari Selasa (25/2/2014) dijadikan bahan oleh ahli observasi anak sekaligus penemu talents observation Andri Fajria dalam seminar yang kali pertama luring (offline) di Bursa, Turki, Kamis (16/9) malam (WIB), sejak pandemi COVID-19 melanda dunia.
Baca juga: Praktisi: Perlu mengenal bakat anak sejak dini
Dalam seminar bertajuk Kembangkan Kekuatan, Siasati Kelemahan yang diselenggarakan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Bursa, praktisi dan santri talents mapping ini berpendapat bahwa setiap orang terlahir membawa bakat masing-masing.
Bakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir.
Menurut Andri, bakat sebagai kumpulan/kombinasi dari sifat, potensi, dan peran yang secara alami mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan produktivitas kerja.
Tidak berbakat dalam suatu aktivitas, kata Andri, bukan berarti tidak dapat melakukan aktivitas tersebut. Namun, yang bersangkutan membutuhkan usaha yang lebih keras agar dapat melakukan aktivitas tersebut dengan baik.
Pemicu Bakat
Jika belum menemukan bakat, tidak perlu khawatir karena bakat itu tidak hilang. Dia hanya tertidur, sampai ada trigger (pemicu) yang membangunkannya.
Andri memberikan contoh pengalaman hidupnya. Saat masih di bangku sekolah dasar (SD) kelas 1—3, Andri senang pelajaran mengarang. Gurunya sering memuji karangannya yang lebih bagus daripada teman-temannya. Namun, dia tidak pernah mengirimkan karangannya ke koran atau majalah.
Pada tanggal 3 November 2018, Andri melakukan sharing bakat di sebuah komunitas. Ternyata ada penerbit buku yang hadir dan sangat tertarik dengan penjelasan Andri mengenai observasi bakat anak usia dini.
Penerbit itu lantas menawarkan kerja sama pembuatan buku. Ternyata hanya dalam waktu 3 minggu buku tersebut terbit. Para pembaca memberikan testimoni bahwa buku tersebut mudah dipahami. Maka, menulis adalah bakat Andri yang terbangunkan kembali pada saat usianya 47 tahun.
Andri lantas menganalogikan tanaman yang menempati tanah yang sama dan mendapat siraman air yang sama. Namun, pada kenyataannya memberikan buah yang rasanya beragam.
Begitu pula, anak dibesarkan dalam lingkungan yang sama, diberikan program yang sama, menunjukkan bakat yang berbeda.
Setiap orang terlahir membawa misi hidup masing-masing. Karena itulah Allah Swt. membekali manusia dengan bakat yang berbeda-beda. Demikian pendapat Andri yang pernah mendapat julukan "Raja Kambing dari ITB".
Bagaimana cara menemukan bakat seseorang? Andri pun lantas memberi tips 4E, yaitu menemukan aktivitas yang kita merasa mudah (EASY) melakukannya, merasa senang (ENJOY), hasilnya dinilai baik oleh orang lain (EXCELLENT), serta produktif (EARN).
Adapun tahapan mengembangkan bakat adalah sebagai berikut: mempelajari, membangunkan, membaca, memahami, dan mengembangkan.
Andri mempersilakan peserta seminar untuk mengikuti tes bakat sederhana di www.temubakat.com.
Dalam mengembangkan bakat, ada beberapa prinsip, yaitu asah kekuatan, siasati kelemahan. Maksudnya, fokuslah mempertajam aktivitas yang merupakan kekuatan kita. Jangan mengikuti berbagai tes dengan maksud untuk memperbaiki kelemahan kita.
Setiap orang memiliki kelemahan. Kelemahan kita bukanlah aib. Allah Swt. memberikannya kepada setiap orang supaya tetap rendah hati dan mau bekerja sama dengan orang lain.
Dalam seminar itu, Andri yang juga Ketua Yayasan Harmoni Alam Semesta Tangerang menyebutkan 15 potensi kekuatan terkait dengan fisik atau pancaindra, yakni acting (akting), beautifying (mempercantik), conserving (melestarikan), cooking (memasak), dancing (dansa), dan modeling (pemodelan).
Berikutnya, musical art (seni musik), singing (nyanyian), visual art (seni visual), manual skill-speed (kecepatan keterampilan manual), manual skill-micro (keterampilan manual-mikro), physical skill (keterampilan fisik), sport (olahraga), planting (penanaman), dan tending animal (merawat hewan).
Setelah mengenali diri sendiri, baik kekuatan (strength) maupun kelemahan (weakness), mulai mengasah potensi yang menonjol dalam diri sendiri dengan tidak menyembunyikan keterbatasan.
Baca juga: Praktisi: Membangun bakat anak di tengah pandemi tantangan bagi ortu
Tipologi Kekuatan
Andri lantas menyebutkan sejumlah tipologi kekuatan, antara lain ambasador adalah orang yang senang membina hubungan persahabatan, senang berkomunikasi dan terpercaya sehingga cocok untuk menjadi perwakilan suatu organisasi.
Administrator, orang yang suka dengan keteraturan, terencana, dan rapih sehingga suka dengan tugas pengelolaan administrasi organisasi.
Berikutnya, arranger (penata) adalah orang yang senang mengatur berbagai sumber daya manusia untuk mendapatkan hasil yang optimum dan tidak takut menghadapi konfrontasi.
Businessman (pengusaha), orang yang senang memengaruhi atau meyakinkan orang lain, baik dengan cara memelihara hubungan, menonjolkan kehebatan produk/jasa ataupun dengan cara membujuk orang untuk membeli.
Caretaker (penjaga), orang yang bisa merasakan perasaan orang lain sehingga senang merawat atau membantu orang lain. Selanjutnya, commander (komandan) adalah orang yang keras, berani menghadapi konfrontasi dan berani mengambil alih tanggung jawab.
Communicator (penghubung), orang yang senang menjelaskan sesuatu yang biasa menjadi luar biasa baik lisan maupun tertulis, dan umumnya suka tampil di depan.
Kreator, orang yang punya banyak ide, berpikiran jauh ke depan, dan/atau strategis sehingga dapat membuatnya menjadi kenyataan.
Designer (perancang), orang yang mampu membayangkan bagaimana sesuatu itu dibuat kemudian membuat gambar rencana, serta menciptakan pola dan struktur yang dibutuhkan.
Distributor, orang yang senang membagi-bagikan benda atau informasi kepada banyak orang.
Mediator, orang yang mampu menjadi penengah antara dua pihak yang berbeda pendapat atau berseberangan untuk membantu mereka menemukan jalan keluar yang disetujui kedua belah pihak.
Motivator, orang yang senang memajukan orang lain dengan memberi panduan, semangat, atau inspirasi.
Operator, orang yang menggunakan, mengendalikan dan mengelola peralatan kerja atau industri, seperti mesin, peralatan, sistem telepon, dan komputer.
Produser, orang yang senang memasang, merakit, serta membangun dan membuat sesuatu menjadi produk.
Quality controller, orang yang senang melakukan sederetan kegiatan analisis dan inspeksi untuk memastikan mutu produk yang sesuai.
Restorer, orang yang senang mengembalikan segala sesuatunya berfungsi seperti kondisi semula atau normal kembali.
Visioner, orang yang punya visi, mimpi, ide tentang apa yang akan terjadi pada masa depan. Andri mencontohkan presiden pertama RI Ir. H. Soekarno.
Setelah mengetahui bakat dan tipologis, tinggal mengembangkannya dengan mengasah kekuatan yang ada dalam diri sendiri untuk meraih cita-cita agar tidak sebatas di angan-angan.
Baca juga: Bakat anak tetap bisa berkembang di tengah pandemi
Baca juga: Tips Donna Agnesia menemukan bakat sang anak
Baca juga: Merawat bakat anak di kala pandemi COVID-19