Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi menguat, seiring investor yang beralih ke aset yang lebih berisiko.
"Ada penguatan dominan sejak kemarin. Kalau saya melihatnya ini ada efek dari pergerakan dolar AS yang turun tajam setelah ada pernyataan dari salah satu senator AS yang tidak mendukung pemberian stimulus sebesar 1,75 triliun dolar AS," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Nikolas Prasetia saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Atas penolakan tersebut, lanjut Nikolas, investor melakukan pergantian aset ke arah yang lebih berisiko dibandingkan dolar AS sehingga memberikan tekanan pada dolar AS dan mendukung rupiah.
"Jelang Natal hari Sabtu ini, dari lokal belum ada perkembangan isu apa-apa. Hanya ada kekhawatiran terhadap penyebaran Omicron yang perlu diwaspadai dapat menahan penguatan rupiah," ujar Nikolas.
Baca juga: Dolar AS tergelincir, sementara euro dan dolar Australia menguat
Jumlah kasus harian COVID-19 di Tanah Air pada Rabu (22/12) kemarin mencapai 179 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,26 juta kasus. Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 10 kasus sehingga totalnya mencapai 144.034 kasus.
Adapun untuk jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 252 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,11 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 4.746 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 153,5 juta orang dan vaksin dosis kedua 108,54 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Nikolas mengatakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.200 per dolar AS hingga Rp14.320 per dolar AS.
Pada Rabu (22/12) lalu rupiah ditutup menguat 14 poin atau 0,1 persen ke posisi Rp14.290 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.304 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah ditutup menguat, seiring redanya kekhawatiran terhadap Omicron