Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan berbagai tantangan ekonomi pada 2022 seperti persebaran Virus Corona varian Omicron, potensi kenaikan inflasi, hingga pengurangan pembelian aset oleh Bank Sentral Amerika Serikat (Tapering Off) dapat dilalui, jika seluruh pemangku kepentingan terus bekerja keras bersama.
Baca juga: Presiden : Keberanian setop ekspor bahan mentah membuahkan hasil
Presiden Jokowi mengatakan pemulihan perekonomian domestik dapat terus berlanjut pada 2022. Terdapat beberapa tantangan yang harus segera diantisipasi seperti dampak kebijakan memitigasi persebaran Omicorn terhadap kegiatan ekonomi, kelangkaan kontainer barang, kelangkaan sumber energi di berbagai negara yang bisa menghambat ekspor, hingga potensi meningkatnya inflasi.
“Inilah yang harus kita tingkatkan tahun 2022, meski kita tahu masih akan banyak tantangan-tantangan yang akan kita hadapi,” kata Presiden.
Baca juga: Presiden: Kita patut bersyukur atas kenaikan IHSG dan jumlah investor
Pada 2021, Presiden menjelaskan indikator perekonomian domestik terus bergerak membaik. Misalnya, indeks keyakinan konsumen yang pada akhir November 2021 meningkat menjadi 118,5, dan juga indeks pembelian barang di manufaktur (Purchasing Manager’s Index/PMI) yang meningkat menjadi 53,9.
“Optimisme melihat angka-angka seperti ini harus kita tunjukkan,” kata Presiden Jokowi.
Di pasar modal domestik, Presiden mengutarakan Indonesia mendapat tingkat imbal hasil (return) hingga 10,1 persen. Pencapaian itu lebih baik dibandingkan dengan Filipina, Malaysia, dan Singapura.
"Kita juga masih yang paling atas. Singapura di 9,8 (persen), Malaysia minus 3,7 (persen), Filipina minus 0,2 persen, kita di 10,1 persen," kata Presiden.