Medan (ANTARA) - Harga karet jenis TSR20 di bursa berjangka Singapura mengalami tren penurunan akibat pembeli utama komoditas itu, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) melakukan kebijakan "lockdown" untuk mengendalikan COVID-19 dan termasuk langkah Thailand yang menjual komoditas itu lebih murah.
Tindakan RRT yang "lockdown" berpengaruh besar pada harga karet di pasar global karena negara itu merupakan pembeli utama karet dunia.
Tidak adanya permintaan dari RRT, langsung mempengaruhi harga jual karet di pasar global.
Penyebab lain turunnya harga karet, ujar Edy Irwansyah adalah langkah Thailand yang menjual harga jual komoditas itu lebih murah dibandingkan produk negara produsen karet alam lainnya seperti Indonesia sehingga pembeli memilih membeli dari negara tersebut.
Produktivitas karet Thailand yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia misalnya, memang memungkinkan negara itu menjual harga lebih rendah.
"Akibatnya harga ekspor karet terus berfluktuasi dengan tren menurun,"ujarnya.
Kalau harga di April bisa rata-rata 1,705 dolar AS/kg, maka di Mei sekitar 1,600 an dolar AS/kg.
"Harapannya volume ekspor bisa meningkat sehingga nilai ekspor masih tertolong," ujarnya.
Volume ekspor karet Sumut pada triwulan I 2022 tercatat masih turun sebesar 4,97 persen dibanding periode sama 2021 atau menjadi 95.188 ton.
Baca juga: Gapkindo Sumut prediksi harga karet masih terus membaik
Baca juga: Gapkindo: harga ekspor karet bergerak naik
Baca juga: Harga ekspor karet Indonesia turun terimbas wabah COVID-19