Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi masih terus melemah tertekan isu resesi di Amerika Serikat.
"Isu resesi Amerika Serikat masih menjadi pendorong pelemahan rupiah," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Menurut Revandra, isu resesi semakin kencang setelah laporan inflasi AS bulan Mei yang secara tahunan naik 8,6 persen, lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
"Hal ini membuat dolar sebagai mata uang safe haven lebih menarik, terlihat dari index USD yang naik menembus 105 akibatnya rupiah semakin tertekan," ujar Revandra.
Investor tengah bersiap untuk kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve yang agresif dan kemungkinan resesi.
Bank sentral diperkirakan melakukan kenaikan terbesar dalam hampir tiga dekade pada Rabu (15/6) sebesar 75 basis poin.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik ke posisi 3,377 persen yang menunjukkan bahwa investor khawatir jalur pengetatan yang cepat akan merugikan pertumbuhan dan mungkin membawa resesi.
Revandra memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp14.650 per dolar AS hingga Rp14.750 per dolar AS.
Pada Senin (13/6) lalu, rupiah ditutup melemah 129 poin atau 0,89 persen ke posisi Rp14.682 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.553 per dolar AS.