Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendorong terjalinnya kerja sama dengan pemerintah Timor Leste dalam upaya pencegahan terorisme di kawasan Asia Tenggara.
Hal tersebut disampaikan Boy usai bertemu dengan Presiden Timor Leste José Manuel Ramos-Horta. Keduanya sepakat dalam upaya pencegahan kejahatan terorisme.
Dalam pertemuan tersebut, Boy Rafli mengatakan bahwa BNPT menggalang kerja sama yang erat dengan unsur pemerintah, masyarakat, dan negara sahabat untuk mencegah radikalisme dan terorisme.
Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1988 tersebut mengatakan bahwa penyalahgunaan agama oleh teroris masih menjadi tren. Oleh karena itu, kerja sama dengan organisasi agama perlu untuk menyamakan persepsi mengingat terorisme bukan bagian dari ajaran agama.
Kepala BNPT tersebut menjelaskan bagaimana narasi propaganda dengan cepat tersebar melalui dunia maya. Untuk menghadapinya, edukasi ajaran agama yang toleran dan cara berinteraksi di media sosial yang baik menjadi strategi efektif untuk diterapkan.
Saat ini, BNPT fokus bekerja pada pencegahan, kemudian membangun semangat toleransi, termasuk membangun pemahaman pada masyarakat bahwa aktivitas terorisme tidak ada kaitannya dengan agama.
"Mengedukasi masyarakat cara bermedia sosial juga penting," kata Boy.
Sementara itu, Presiden Timor Leste José Ramos-Horta mengapresiasi langkah BNPT dalam menghadapi terorisme secara efektif. Indonesia dinilai sukses atasi terorisme.
"Pandangan ini bukan hanya dari Timor Leste, melainkan juga dari negara Barat lainnya," kata Horta.
Menurut dia, Indonesia adalah negara yang toleransi dan damai. Hal tersebut menjadi luar biasa mengingat jumlah penduduknya yang mencapai 273 juta jiwa.
"Mereka (negara Barat) melihat BNPT aktif dalam upaya pencegahan terorisme. Indonesia adalah negara muslim yang damai," ujarnya.
Baca juga: BNPT akui tantangan Kaltara hadapi radikalisme
Baca juga: BNPT terapkan kolaborasi multipihak cegah terorisme di Papua