Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo menginginkan adanya penambahan pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk menjaga pertahanan udara Indonesia.
Menurut dia, untuk Skuadron Udara 51 UAV di Lanud Supadio, Pontianak sudah ada pengembangan di beberapa tempat. Namun, Fadjar tidak bisa menjelaskan secara terbuka.
"Maaf saya tidak bisa sebutkan terlalu terbuka. Karena UAV adalah salah satu alutsista yang sensitif, yang kegiatannya perlu ada kerahasiaan," kata Fadjar.
Namun demikian, dalam perencanaan sudah ada pengembangan yang sifatnya "mobile".
"Ini siap untuk digerakkan kemana saja, selain ada yang memang fix (di satu tempat)," tuturnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengatakan, TNI Angkatan Udara harus membangun kekuatan pertahanan udara Indonesia dengan basis kekuatan pesawat nirawak (drone) yang memiliki kemampuan untuk menyerang lawan.
"Kita harus mengerahkan sekarang taktik teknologi dan kemampuan kumpulan drone dalam jumlah besar, drone Kamikaze dan sistem otonomus, sistem-sistem robotik di udara dan di laut dan di darat," kata Prabowo.
Bahkan, Prabowo berimajinasi di masa yang akan datang kekuatan pesawat nirawak atau UAV yang dimiliki TNI Angkatan Udara dapat menjadi benteng pertahanan utama bagi kedirgantaraan Indonesia.
"Nanti ibaratnya ada satu pesawat tempur katakanlah F-15 kita, katakanlah Rafale kita, tapi di sekelilingnya Rafale kita atau di sekeliling F15 kita mungkin ada 15 drone. Jadi satu pilot dikawal oleh 15 drone yang semua drone punya rudal anti-pesawat," ujarnya.
"Jadi satu Skadron akan menjadi 10 Skadron, atau 15 Skadron dengan harga yang tidak sebesar 15 Skadron. Jadi ini nanti juga akan meningkatkan kemampuan kita dengan cepat," kata Prabowo menambahkan.
Konflik antara Ukraina dan Rusia adalah sebuah peristiwa yang harus diambil pembelajaran bagi kekuatan pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ukraina, kata Prabowo, berhasil memberikan pembelajaran kepada seluruh dunia bahwa kekuatan pesawat nirawak (UAV) yang memiliki kemampuan membawa rudal-rudal mematikan dapat melakukan serangan ke titik-titik pertahanan Rusia.