New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh lebih dari dua persen dalam sesi yang bergejolak pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena runtuhnya Silicon Valley Bank mengguncang pasar ekuitas dan menimbulkan kekhawatiran akan krisis keuangan baru, tetapi pemulihan permintaan China memberikan dukungan.
Pihak berwenang AS meluncurkan langkah-langkah darurat pada Minggu (12/3), untuk menopang kepercayaan pada sistem perbankan setelah kekhawatiran penularan dari kegagalan Silicon Valley Bank menyebabkan penjualan aset-aset AS pada akhir minggu lalu dan regulator negara menutup Signature Bank yang berbasis di New York pada Minggu (12/3).
Indeks saham-saham AS juga diperdagangkan secara berombak karena investor mempertimbangkan kemungkinan jeda kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve pada Maret.
Penutupan mendadak SVB Financial memicu kekhawatiran tentang risiko bank-bank lain akibat kenaikan suku bunga Fed yang tajam selama setahun terakhir, tetapi juga memicu spekulasi tentang apakah bank sentral dapat memperlambat laju pengetatan moneternya.
"Agak mengejutkan hari ini melihat penurunan besar dalam minyak mengingat fakta bahwa Fed kemungkinan besar akan lebih sulit menaikkan suku bunga secara agresif dan itu akan menyebabkan pelemahan dolar," kata analis Price Futures Group Phil Flynn.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya, turun hampir satu persen karena imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek jatuh. Greenback yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan biasanya mendukung harga minyak.
Kekhawatiran tentang pengetatan moneter Fed lebih lanjut telah diperburuk oleh tingginya persediaan minyak mentah AS.
Produksi minyak mentah di tujuh cekungan serpih AS terbesar diperkirakan akan naik pada April ke level tertinggi sejak Desember 2019, kata Badan Informasi Energi.