Jakarta (ANTARA) - Ramadhan telah pergi, Idul Fitri sudah lewat empat hari, namun ternyata belum semua orang bisa bergembira bersama sanak famili. Ya, ternyata masih ada segelintir orang yang harus lembur di kala masyarakat pada umumnya sedang berlibur.
Terminal Terpadu Pulo Gebang adalah salah satu contoh nyata adanya orang yang masih harus lembur di saat warga lainnya menikmati kebersamaan dengan keluarga di momen Lebaran. Terminal ini diresmikan pada tahun 2012 dan menjadi salah satu tempat dimana sejumlah sopir bus menikmati masa liburan ini dengan tetap bertugas.
Wiwid (39) harus merelakan waktu berkumpul dengan keluarganya demi mengantar para penumpang yang hilir mudik agar sampai ke tujuannya.
"Kalau saya pulang nanti siapa yang antar pemudik? Ini sudah jadi risiko sopir kalau hari besar pasti tidak pulang," ucap Wiwid.
Wiwid yang sehari-harinya mengantar penumpang dari Jakarta ke Madura, Jawa Timur, ini mengaku dirinya tetap bersyukur meskipun tidak bisa berlibur.
Wiwid yang berasal dari Pati, Jawa Tengah, mengaku baru bisa berlibur nanti secara bergilir jika masa arus mudik dan milir telah berakhir. Tahun ini adalah tahun ke-15 dia tidak menikmati suasana Lebaran bersama keluarga setelah dirinya menjadi sopir.
Wiwid menceritakan bahwa menjadi sopir bus dengan jurusan Jakarta - Madura pergi pulang (PP.) memiliki tantangan tersendiri, salah satunya adalah barang bawaan penumpang yang banyak sekali.
Penumpang di jurusan ini memang identik dengan barang bawaannya yang banyak. Maka dari itu, awak bus harus kerja lebih ekstra dari awak lainnya dalam mengatur bagasi bus meski badan harus berkeringat dan penuh minyak.
"Memang sudah tradisi dari dulu mas kalau tujuan Madura, dari PO (perusahaan otobus) melarang keras meminta tambahan (ongkos) dari bagasi penumpang. Kalau ada yg ngasih ya kita terima, kalau tidak ada, ya tidak boleh minta," jelasnya.
Hal tersebut diamini oleh Agus Affandi (35) salah satu penumpang tujuan Madura. Dia mengaku barang bawaannya kali ini tidak seberapa, namun sebagian besar sudah dikirim melalui jasa ekspedisi untuk dibagikan kepada sanak saudara.
"Kemarin saya juga sudah kirim motor pakai truk," tambah Agus.
Mengabdi pada masyarakat
Terminal Terpadu Pulo Gebang mengadakan Pos Keamanan Terpadu setiap tahunnya. Bekerja sama dengan TNI dan Polri, pos ini siap melayani pemudik dan pemilir selama 24 jam setiap harinya.
Salah satu petugas yang siaga adalah Inspektur Polisi Satu (Iptu) Irawan sebagai Kepala Pos Pengamanan (Kapospam) di Pos Keamanan Terpadu yang ada di Terminal Terpadu Pulo Gebang.
Irawan beserta 71 rekannya bertugas menjaga kawasan Terminal Terpadu Pulo Gebang secara bersamaan dari pagi ke malam tanpa satu pun yang pulang.
"Kami di sini dari tanggal 19 April sampai 1 Mei, kami semua tidak ada yang libur, kami melaksanakan tugas sesuai amanat," katanya.
Irawan mengaku rasa ingin pulang ke kampung halaman selalu ada, namun dirinya tetap harus berjaga dan menyelesaikan apa yang ada karena dia merasa bahwa tugas dan tanggung jawab tidak boleh ditunda.
Petugas yang berasal dari Tegal, Jawa Tengah, ini sudah lama tidak merasakan hangatnya berlebaran bersama keluarga lantaran selama Lebaran dirinya harus tetap berjaga, namun hal ini pula yang membuat keluarganya tetap bangga.
Irawan bersyukur karena sudah terbiasa seperti ini, sehingga keluarganya sudah memahami.
Karena pengamanannya, aktivitas mudik dan milir yang ada di Terminal Terpadu Pulo Gebang berjalan lancar dan tanpa kendala.
Sisi logistik
Mudik tetap memerlukan konsentrasi meskipun naik kendaraan umum dan tidak mengemudi karena momen seperti ini sering disalahgunakan oleh segelintir orang yang hendak mencuri.
Dengan membawa cukup perbekalan, seperti makanan, minuman, dan obat-obatan, para pemudik akan lebih meningkatkan kewaspadaannya terhadap barang bawaan, sehingga mudik menjadi aman, nyaman, dan tidak kecolongan.
Berlianda (37) seorang pedagang yang menjajakan dagangannya di Terminal Terpadu Pulo Gebang turut andil dalam melayani perbekalan para calon penumpang.
Berlianda yang sudah lima tahun berjualan di Terminal Terpadu Pulo Gebang tidak menutup tokonya meskipun banyak pedagang yang tutup selama Lebaran.
Meskipun tidak berlibur, Berlianda bagai mendapat durian runtuh. Dia mengaku omzetnya naik sampai seratus persen pada musim mudik Lebaran ini.
Jika di hari biasa dirinya hanya mendapat Rp1 juta per hari, namun di musim mudik Lebaran ini dirinya mampu menghasilkan hingga Rp2 juta per harinya.
Berlianda tidak menaikkan harga meskipun momen ini biasanya dimanfaatkan sejumlah pedagang untuk meraup keuntungan maksimal dengan menaikkan harga.
Kalaupun ada barang yang naik (harganya), itu biasanya dari distributor sudah naik.
Wiwid, Irawan, dan Berlianda adalah segelintir orang yang justru lembur di kala masyarakat pada umumnya sedang berlibur.
Mereka semua merasa bersyukur meski terkadang rasa rindu keluarga datang menggempur, namun semangatnya dalam bekerja tidak gugur karena tahu apa yang mereka lakukan adalah semata-mata untuk sanak saudara.