Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani menghadiri Pertemuan Tahunan Ke-56 Dewan Gubernur Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) di Incehon, Korea Selatan, pada hari ini.
Dalam pertemuan tersebut, para Gubernur (pemilik saham ADB) bertemu untuk memberikan penekanan mengenai pentingnya ADB membantu negara-negara yang kesulitan memulihkan ekonominya pasca pandemi, serta sepakat bahwa ADB harus menggunakan neraca keuangan secara lebih maksimal dan efisien.
Ancaman perubahan iklim dan bagaimana respons yang layak oleh ADB juga menjadi bagian dari pembicaraan. Selain itu, krisis ekonomi yang sedang dialami oleh negara-negara seperti Sri Lanka dan Afghanistan tidak luput dari perhatian.
Menurut Sri Mulyani, hal tersebut merupakan tugas yang sangat berat bagi ADB. Dukungan finansial dan bantuan teknis sangat berarti.
Di tengah tantangan global saat ini, ADB terus menunjukkan dukungan kinerja yang luar biasa kepada ASEAN dan Indonesia. Indonesia saat ini sedang bekerja sama dengan ADB dalam mengimplementasikan transisi energi.
"Indonesia menyambut baik ADB untuk menjadi bank iklim kawasan. Indonesia bersama dengan ADB dalam Presidensi G20 tahun lalu juga telah meluncurkan Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform," tuturnya.
Kepada ASEAN, kata dia, ADB akan memainkan peran yang semakin signifikan terhadap implementasi transisi energi di kawasan. Khususnya, dengan dirilisnya Taksonomi ASEAN untuk Keuangan Berkelanjutan (ATSF) Versi 2 pada bulan Maret 2023.
Untuk itu, Indonesia selaku pemangku Keketuaan ASEAN pada tahun ini akan terus mendorong keberlanjutan agenda reformasi ADB.
"Semoga reformasi ADB akan terus membawa kemajuan di tahun-tahun mendatang. Saya optimistis dan percaya ADB, dengan kemitraan semua negara anggota, akan mampu melaksanakan agenda reformasi ini," ucap Sri Mulyani.