Jakarta (ANTARA) - Sebuah riset yang dilakukan National Cancer Institute menunjukkan makanan dimasak dengan suhu tinggi bisa memengaruhi DNA makanan, yang bisa menimbulkan risiko kanker.
Saat seseorang mengonsumsi makanan, DNA dalam makanan tersebut ikut termakan. Ketika makanan dimasak dengan suhu panas tinggi, molekul kecil akan terbentuk, yang berinteraksi dengan DNA sehat seseorang saat dicerna.
Para ahli menyatakan bahwa molekul kecil yang diinduksi oleh panas bersifat karsinogenik atau dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Namun, apakah suhu tinggi dapat merusak DNA makanan masih menjadi hipotesis.
"Riset kami menimbulkan banyak pertanyaan tentang risiko kesehatan kronis yang sama sekali belum dijelajahi, namun, mungkin substansial, dari mengonsumsi makanan yang dipanggang, digoreng, atau disiapkan dengan suhu panas tinggi," kata peneliti sekaligus penulis riset Eric Kool.
Untuk menguji dampak suhu tinggi terhadap DNA makanan, tim riset dari Stanford University, National Institute of Standards and Technology, University of Maryland dan Colorado State University memasak daging babi giling, daging sapi giling, dan kentang dengan dua cara berbeda.
Cara pertama, daging direbus dalam air panas selama 15 menit pada suhu 100 derajat celcius. Kedua, dagiing dipanggang dalam oven yang sangat panas selama 20 menit pada suhu 220 derajat celcius.
Setelah daging matang, mereka memeriksa DNA makanan tersebut, dan menemukan bahwa semua makanan yang diuji memiliki DNA yang rusak saat dimasak, terutama pada suhu yang sangat tinggi.
Kerusakan DNA berpotensi menyebabkan perubahan pada gen seseorang. Perubahan gen bisa membuat sel-sel dalam tubuh mulai berkembang biak terlalu banyak dan tanpa kendali sehingga dapat menimbulkan kanker.
Di samping itu para peneliti juga melakukan eksperimen pada tikus, mereka menyuntikkan sel yang dibentuk di laboratorium dan memberi makan tikus dengan makanan yang mengandung DNA rusak akibat panas.
Mereka menemukan sel tersebut menyerap DNA yang rusak sehingga mengakibatkan kerusakan DNA di dalam sel. Tikus percobaan tersebut kemudian mengalami kerusakan DNA pada sel yang melapisi usus kecil mereka setelah mengonsumsi makanan.
"Kami telah menunjukkan bahwa memasak (dengan suhu tinggi) dapat merusak DNA dalam makanan, dan menemukan bahwa konsumsi DNA ini dapat menjadi sumber risiko genetik. Temuan ini benar-benar dapat mengubah persepsi kita tentang penyiapan dan pemilihan makanan," kata Kool.
Peneliti masih perlu melakukan banyak hal untuk melihat apakah makanan yang dimasak dengan suhu tinggi juga berpengaruh terhadap DNA manusia.
"Studi kami menimbulkan banyak pertanyaan soal risiko kesehatan kronis dari makanan yang dipanggang, digoreng, atau yang dimasak dengan suhu tinggi, yang sebelumnya belum terjelajahi, namun, substansial," kata Kool.