Jakarta (ANTARA Jambi) - Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia menilai kacang koro merupakan komoditas yang berprospek dalam mensubstitusi kedelai saat ini sebagai upaya menekan kebutuhan kedelai dalam negeri.
"Komoditas yang memiliki prospek yang cukup baik dalam mensubstitusi kedelai saat ini adalah kacang koro," kata Ketua Umum Badan Pelaksana Pusat Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia Arif Satria dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Kedelai yang banyak digunakan untuk industri tempe, tahu, kecap, dan susu kedelai bisa ditekan kebutuhannya melalui pengembangan komoditi subsitusi.
Selain pengembangan komoditas subsitusi, pihaknya juga menyarankan agar produktifitas kedelai bisa ditingkatkan.
Produktifitas rata-rata kedelai lokal saat ini berkisar pada 0,5 hingga 1,3 ton/ha, sementara potensinya masih bisa ditingkatkan menjadi 2 hingga 2,5 ton/ha.
Produktifitas dapat ditingkatkan melalui beberapa cara yakni dengan penggunaan benih unggul dan perbaikan teknik budidaya.
Peningkatan penggunaan benih unggul dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan penangkar-penangkar benih kedelai berbasis komunitas (community based seed production) di pedesaan. Sementara perbaikan teknik budidaya dilakukan dengan peningkatan kegiatan penyuluhan.
Produksi kedelai Indonesia semakin menurun disebabkan terjadinya penurunan luas area tanam dan stagnannya upaya peningkatan produktifitas.
Hal itu disebabkan makin meningkatnya kedelai impor dengan harga yang lebih murah, sehingga petani tidak mempunyai insentif untuk menanam kedelai dan akhirnya banyak petani yang beralih untuk menanam komoditi lainnya yang lebih menguntungkan.
Sementara luas area panen kedelai dalam negeri pada 2012 diperkirakan sekitar 566.000 ha. Luasan area itu menyusut jauh dibandingkan dengan tahun 1992 yang mencapai 1,8 juta ha, sehingga selama kurun waktu 10 tahun terjadi penurunan area panen sekitar 1,2 juta ha.
Saat ini produksi kedelai Indonesia diperkirakan mencapai 857.000 ton atau 30 persen dari kebutuhan dalam negeri. Sementara itu target swasembada kedelai mencapai sekitar 2,7 juta ton, hal itu berarti diperlukan impor kedelai sekitar 1,85 juta ton/tahun.
Padahal data dari FAO menyebutkan pada1990, impor kedelai Indonesia sebesar 531.000 ton, sementara pada 2009, impor kedelai mencapai 1,3 juta.(Ant)