Jakarta (ANTARA Jambi) - Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementeian Lingkungan Hidup MR Karliansyah menyatakan sejumlah kota di Indonesia terindikasi hujan asam, akibat pencemaran lingkungan.
"Ini ada indikasi ke arah sana maka kita harus waspada jangan sampai itu terjadi," kata Karliansyah di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan data 2001-2009 kota-kota tersebut yang memiliki kecenderungan derajat keasaman (pH) air hujan di bawah lima yaitu Jakarta, Serpong, Kototabang, Bandung dan Maros.
Ambang Batas (NAB) pH air hujan normal sebesar 5,6, sedangkan kota-kota tesebut cenderung berada pada pH 5,40 hingga 4,30.
"Hujan asam ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan sudah terjadi di negara lain, jadi kita berupaya ini tidak terjadi di Indonesia," tambah dia.
Konsentrasi Nitrogen dioksida (No2), senyawa sering juga diproduksi oleh polutan dari asap rokok, kendaraan dan lain-lain di 22 kota menunjukkan Makassar, Balikpapan dan Samarinda meningkat pada 2012.
Sedangkan konsentrasi Karbon monoksida (CO), gas yang dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon yang bersifat racun terdata cukup tinggi di Surabaya, Jakarta Timur dan Pekanbaru.
Tingginya tingkat pencemaran udara menghasilkan sebuah studi pada 2012 kerja sama Kementerian Lingkungan Hidup dengan UNEP yang memperkirakan biaya kesehatan penduduk Jakarta pada 2010.
Dengan asumsi biaya perawatan minimal hingga maksimal, biaya tersebut berkisar antara Rp697,9 miliar hingga Rp38,5 triliun.
Biaya besar tersebut akibat penyakit yang berkaitan dengan pencemaran udara seperti asma, infeksi saluran pernafasan atas/akut (ISPA), pneunomia, broncopneumonia, penyempitan saluran pernafasan/paru kronis. (Ant)