Jambi (ANTARA Jambi) - Puluhan pemuda dan masyarakat Desa Air Batu di Kabupaten Merangin yang menjadi sentral pengembangan potensi wisata Geopark dipersiapkan dan dilatih mengembangkan suvenir dari bahan alam berupa buah kepayang yang ada di sekitar desa mereka.
Geopark Merangin sudah ditetapkan menjadi Geopark Nasional dan menuju pengakuan Unesco untuk masuk jaringan Geopark Global.
"Untuk menyambut keberadaan Geopark yang sedang menuju pengakuan Unesco guna masuk Global Geopark Networking, pihak Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Merangin bekerja sama dengan komunitas seni Rumah Kreatif Merangin (Rukam) menggelar pelatihan pembuatan suvenir kepada puluhan pemuda Desa Air Batu," kata seniman Merangin yang bertindak selaku instruktur, Alhendra Daulay di Jambi, Sabtu.
Antusias pemuda setempat bahkan tidak hanya pemuda, para dewasa pun sangat berminat mengikuti pelatihan pembuatan suvenir khas Geopark yang tengah digerakkan Pemkab Merangin selama tiga hari dari 5-7 Juli lalu.
"Kita mengajarkan mereka cara memanfaatkan limbah alam yang ada di sekitar kehidupan desa mereka untuk dikreasikan menjadi suvenir bernilai seni tinggi, kita manfaatkan limbah buah kepayang yang bijinya dijadikan minyak tersebut," katanya.
Cangkang-cangkang buah yang selama ini jadi limbah dikreasikan menjadi gantungan kunci unik, menarik dan khas, sehingga bisa dan layak jadi cinderamata bagi para wisatawan yang semakin ramai berkunjung saat ini.
Selain buah kepayang, pemuda calon pengrajin juga dilatih membuat berbagai miniatur batu-batu alam geopark yang sudah berumur 300 juta tahun tersebut, dari pasir yang dicampur lem, sehingga menjadi berbagai bentuk batu geopark yang merupakan fosil tumbuhan yang membatu sejak ratusan juta tahun lalu itu.
Selain itu, yang berminat di bidang seni lukis juga dilatih melukis panorama dan landskap alam geopark dan desa mereka, para lansia didorong untuk terus mengkreasikan kerajinan tangan dalam membuat ambung, lukah, menganyam tikar dan lain sebagainya, kata Alhendra.
Setelah berbagai bentuk suvenir penuh kreasi hasil karya peserta pelatihan tersebut selesai, karya tersebut coba untuk ditawarkan kepada masyarakat setempat, dan hasilnya hampir semua hasil karya tersebut ludes terjual dengan harga bervariasi mulai dari Rp2 ribu hingga Rp30 ribu.
"Kita motivasi mereka, lihatlah masyarakat desa ini saja mau membeli suvenir karya pemuda Desa Air Batu, apalagi para turis atau wisatawan yang berkunjung, pasti jauh akan lebih diminati lagi," ujarnya.
Oleh karena itu, apa yang sudah dikembangkan pemuda ini harus terus ditingkatkan lagi kuantitas dan kualitasnya dengan tidak berhenti berkreasi dan menciptakan jaringan distribusi ke kota-kota terdekat.
"Ini harus jadi sumber penghidupan baru masyarakat desa yang sudah diajukan Disbudpar Provinsi Jambi ke Kemenparekraf menjadi desa wisata tersebut," tegas Alhendra.