Jakarta (ANTARA Jambi) - Indonesia berada di peringkat 32 dari 72 negara untuk kategori penguasaan Bahasa Inggris pada skala internasional, berdasarkan data dari survei "English Proficiency Index" (EF EPI), Kamis.
Indonesia memiliki nilai total 52,91 dalam mengukur kemampuan Bahasa Inggris negara-negara di dunia dan dianggap sebagai patokan internasional untuk kemampuan Bahasa Inggris tingkat dewasa.
Hasil survei tahun 2016 menunjukan peringkat tiga besar negara dengan penguasaan Bahasa Inggris tertinggi di Asia adalah Singapura, Malaysia dan disusul Filipina.
Di sisi lain, Indonesia meraih nilai yang lebih rendah dibandingkan beberapa negara tetangga di kawasan, termasuk Vietnam yang berada di posisi ke-31 yang tergolong "level menengah".
EF English Proficiency Index menghitung nilai rata-rata tingkat kemampuan berbahasa Inggris orang dewasa menggunakan data dari dua tes Bahasa Inggris EF yang berbeda.
Tes pertama dapat diakses secara gratis di internet. Tes kedua adalah tes penempatan level yang digunakan oleh EF selama proses pendaftaran siswa baru untuk program Bahasa Inggris.
Kedua tes ini mencakup bagian tata bahasa, kosakata, membaca dan mendengarkan. Indeks ini hanya mempertimbangkan data dari negara yang setidaknya memiliki 400 peserta tes.
Hasil tes dari negara dengan jumlah peserta kurang dari 100 orang pada salah satu dari kedua tes juga tidak diikutsertakan, tanpa melihat jumlah peserta tes.
"Meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris, baik lisan dan tulisan menjadi penting untuk menarik investasi asing, perusahaan multinasional dan menciptakan pekerjaan berbayar tinggi yang menjadi visi pemerintah Indonesia di masa depan melalui investasi bisnis dengan tingkat servis yang lebih baik," kata Direktur Penelitian Pendidikan dan Pengembangan di EF English First Global, Steve Crooks.
Menurutnya, Indonesia juga merupakan negara terbesar keempat berdasarkan angka tenaga kerja. Pada tahun ini, Indonesia telah secara progresif melakukan berbagai reformasi ekonomi dan pendidikan dengan tujuan membuka sektor ekonomi lebih besar kepada investor asing dan mendorong liberalisasi ekonomi.
Meski demikian, defisiensi tenaga kerja dengan kemampuan berbahasa Inggris yang besar telah menghambat Indonesia dalam menarik investasi ekonomi, serta berperan sebagai hub kawasan bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang lebih memilih negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia atas tingkat kemampuan Bahasa Inggrisnya yang tinggi.
"Ketika kemampuan Bahasa Inggris tidak memadai, tawaran-tawaran pekerjaan jasa dengan upah tinggi yang ditawarkan oleh perusahaan multinasional seringkali pindah ke negara-negara yang memiliki tenaga kerja multilingual," tuturnya.