Jambi, Antarafjambi.com - Sepeda kayuh menjadi sarana paling efektif untuk berkeliling kompleks Candi Muaro Jambi yang merupakan areal percandian terluas di Indonesia itu.
"Berjalan bagi sebagian wisatawan bisa dilakukan dengan berjalan kaki, tapi dengan sepeda bisa lebih efektif dan bisa lebih banyak candi yang dikunjungi," kata Ny Ida (44) salah seorang pengelola persewaan sepeda di Kompleks Candi Muaro Jambi.
Sejumlah pengelola persewaan sepeda selalu siaga mulai dari pintu gerbang masuk kompleks candi maupun setelah memasuki kawasan candi dengan bangunan khas berwarna merah bata itu.
"Dengan bersepeda, bisa berkeliling dalam waktu sejam setengah. Semua candi bisa terkunjungi. Terjauh sekitar 1,7 kilometer," katanya.
Untuk masuk ke kawasan itu, pengunjung hanya membayar tiket Rp5.000 per orang sesuai denganPerda Kabupaten Muaro Jambi Nomor 7 tahun 2015. Sedangkan biaya sewa sepeda kayuh Rp10.000 sampai pulang, tanpa dibatasi waktu penggunaan.
Para pengunjung, akan disambut senyum ramah petugas tiket di pintu masuk tepatnnya di sebelah kanan jalan. Kendaraan roda empat tidak diperbolehkan masuk ke kompleks candi namun telah dipersiapkan lapangan parkir yang memadai dengan tiket pasti yakni sepeda motor Rp3.000, roda empat Rp5.000 dan kendaraan bus atau roda enam Rp10.000.
Jalan yang mengakses ke kompleks percandian di kawasan itu telah difasilitasi dengan jalan beton selebar dua meter sehingga cukup dan aman bila berpapasan.
Sedangkan bagi mereka yang tidak bisa bersepeda, bisa menggunakan jasa becak motor (bentor) yang tersedia di lapangan parkir kendaraan roda empat. Jasa bentor biasanya dimanfaatkan oleh ibu-ibu atau lanjut usia.
"Bisa juga menggunakan becak motor," kata Ida.
Bagi wisatawan yang tidak membawa bekal makanan, bisa membeli di dalam kompleks utama percandian itu dengan harga normal. Selain itu sejumlah pedagang juga menyediakan jasa persewaan tikar bagi wisatawan untuk duduk lesehan di atas rumput yang tertata hijau.
"Saya sudah dua tahun berjualan di kompleks candi ini, warungnya baru diperbaiki. Saya juga menyewakan tikar," kata Ny Ismayati (50) seorang pedagang makanan di sana.
Situs purbakala kompleks percandian Muaro Jambi tersebut merupakan kompleks percandian Budha-Hindu peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Lokasinya di Kecamatan Muara Sebo yang berjarak sekitar 26 kilometer dari Kota Jambi.
Kawasan itu bisa ditempuh dengan perjalanan darat sekitar sejam dari Kota Jambi maupun dari Bandara Sultan Thaha Jambi. Salah satu aksesnya melintasi Jembatan Batanghari yang merupakan jembatan terpanjang di daerah itu.
Di lokasi itu terdapat sebanyak 82 candi, namun baru sembilan candi yang dipugar yakni Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu dan Candi Astano.
Untuk menjaga keutuhan dan kelestarian candi itu, pengelola yang dikoordinasikan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Muaro Jambi melarang pengunjung memanjat candi. Bahkan unuk melintasi bebatuan candi, telah disediakan jembatan kayu berwarna hijau.
Selain bisa menikmati suasana situs purbakala itu, pengunjung juga bisa merasakan suasana hutan karet dan pohon duku yang banyak tumbuh di kawasan itu. Bahkan pohon duku yang sudah berusia puluhan tahun memperkuat karakter candi di lokasi itu.
Sedangkan bagi pengunjung yang senang memburu cenderamata, bisa memperoleh di kios-kios yang ada di pintu masuk. Selain topi juga ada T-Shirt, gelang-gelang, cincin dan kerajinan. Beberapa jenis kerajinan adalah karya Suku Anak Dalam (SAD).
Di beberapa kios juga tersedia beberapa ramuan tradisional untuk kesehatan, kecantikan dan untuk keperluan lainnya dengan harga normal.
"Ada bedak dingin tradisional di sini, saya membeli beberapa buah untuk oleh-oleh. Harganya hanya Rp2.500-an," kata Ny Lina salah seorang pengungunjung.
