Bandarlampung (Antaranews Jambi) - Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, mengalami 60 gempa letusan, 32 gempa embusan dan satu gempa tektonik jauh sepanjang Rabu (2/1) hingga Kamis dini hari menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Siaran pers pusat vulkanologi menyebutkan Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau mendeteksi 60 gempa letusan dengan amplitudo 16-30 mm dan durasi 38-120 detik.
Sementara gempa embusan terjadi 32 kali dengan amplitudo 8-28 mm dan durasi 39-145 detik; dan gempa tektonik jauh terjadi sekali dengan amplitudo 13 mm, dengan durasi durasi 100 detik.
Data dari Stasiun Sertung di Selat Sunda juga menunjukkan tremor menerus masih meliputi gunung api tersebut.
Selain itu, selama 2 Januari 2019 pukul 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, Pos Pengamatan juga memantau adanya asap kawah bertekanan sedang hingga kuat berwarna putih, kelabu, dan hitam tebal dengan tinggi 200-1.500 meter di atas puncak kawah.
Gunung api di dalam laut dengan ketinggian saat ini 110 meter dari permukaan laut (mdpl)--dari sebelumnya 338 mdpl-- tersebut sepanjang pengamatan tidak memperdengarkan suara dentuman.
Berdasarkan hasil pengamatan itu, pusat vulkanologi menyimpulkan status aktivitas Gunung Anak Krakatau masih pada Level III (Siaga), dan merekomendasikan warga/wisatawan tidak mendekati radius lima kilometer dari kawah.
Baca juga:
Badan Geologi: Gunung Anak Krakatau masih dalam fase erupsi
BMKG: Waspadai potensi bencana akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau
Siaran pers pusat vulkanologi menyebutkan Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau mendeteksi 60 gempa letusan dengan amplitudo 16-30 mm dan durasi 38-120 detik.
Sementara gempa embusan terjadi 32 kali dengan amplitudo 8-28 mm dan durasi 39-145 detik; dan gempa tektonik jauh terjadi sekali dengan amplitudo 13 mm, dengan durasi durasi 100 detik.
Data dari Stasiun Sertung di Selat Sunda juga menunjukkan tremor menerus masih meliputi gunung api tersebut.
Selain itu, selama 2 Januari 2019 pukul 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, Pos Pengamatan juga memantau adanya asap kawah bertekanan sedang hingga kuat berwarna putih, kelabu, dan hitam tebal dengan tinggi 200-1.500 meter di atas puncak kawah.
Gunung api di dalam laut dengan ketinggian saat ini 110 meter dari permukaan laut (mdpl)--dari sebelumnya 338 mdpl-- tersebut sepanjang pengamatan tidak memperdengarkan suara dentuman.
Berdasarkan hasil pengamatan itu, pusat vulkanologi menyimpulkan status aktivitas Gunung Anak Krakatau masih pada Level III (Siaga), dan merekomendasikan warga/wisatawan tidak mendekati radius lima kilometer dari kawah.
Baca juga:
Badan Geologi: Gunung Anak Krakatau masih dalam fase erupsi
BMKG: Waspadai potensi bencana akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau