Lampung Selatan (Antaranews Jambi) - Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, masih terus aktif meletus (erupsi) namun mulai menurun, sehingga semua harus menjauh pada radius sekitar 5 km dari kawahnya.
Masyarakat tak perlu resah, namun tetap waspada, kata Andi Suardi, Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Jumat (4/1) petang.
Andi Suardi menyatakan, kendati masih terus aktif mengeluarkan letusan beserta material di dalamnya, dalam beberapa waktu terakhir hingga Jumat sore tidak terdengar lagi suara dentuman atau gemuruh dari GAK, seperti terjadi sebelumnya.
Karena itu, dia mengimbau masyarakat tak perlu resah dan tidak terpancing informasi yang tidak jelas, termasuk melalui media sosial.
Dia menyarankan, bila memerlukan informasi terkait GAK itu, dia mempersilakan untuk menghubungi pihaknya atau bisa menanyakannya ke Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Sampai Jumat sore ini aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tetap aktif, namun tidak terdengar lagi suara dentuman keras," katanya lagi.
Dia membenarkan peralatan pantau aktivitas GAK itu yang berada di gunung api di dalam laut ini masih mengalami kerusakan dan menunggu perbaikan, sembari memastikan petugas dapat mendarat di lokasi gunung ini.
"Bagaimana kami ke sana, sementara kami mengimbau masyarakat menjauhi pada radius 5 km dari kawahnya," kata dia pula.
Diharapkan kerusakan peralatan itu segera diperbaiki sambil menunggu petugas bisa mendarat di lokasi gunung itu. Namun pengamatan aktivitasnya masih dapat dilakukan dari pos pantau Gunung Anak Krakatau di Pasauran, Carita (Banten).
Aktivitas Gunung Anak Krakatau yang dilaporkan berupa prakiraan ketinggian asap akibat erupsi, tanda-tanda fisik ketika awan panas meluncur ke lautan, arah angin yang mempengaruhi arah abu vulkanik, kepekatan asap karena erupsi, dan kondisi cuaca saat pengamatan berlangsung.
Catatan itu kemudian dikirimkan ke Pos Pengamatan di Pasauran, Carita (Banten) setiap enam jam dalam satu hari. Catatan yang dikirim dari pos pengamatan di Lampung merupakan data pelengkap dari data yang direkam di Pos Carita. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan BMKG terkait informasi adanya retakan di lereng GAK itu.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menginformasikan telah terjadi letusan (erupsi) Gunung Anak Krakatau, di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, pada Kamis (3/1), pukul 21.02 WIB.
Namun, dalam letusan itu tinggi kolom abu tidak teramati. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi sekitar 4 menit 52 detik. Teramati lontaran material pijar tinggi 400 meter dari kawah.
PVMBG menegaskan saat ini Gunung Anak Krakatau berada pada status Level III (Siaga) dengan rekomendasi masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah.*
Baca juga: Letusan Gunung Anak Krakatau tipe strombolian
Baca juga: Anak Krakatau meletus lagi siang ini
Masyarakat tak perlu resah, namun tetap waspada, kata Andi Suardi, Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Jumat (4/1) petang.
Andi Suardi menyatakan, kendati masih terus aktif mengeluarkan letusan beserta material di dalamnya, dalam beberapa waktu terakhir hingga Jumat sore tidak terdengar lagi suara dentuman atau gemuruh dari GAK, seperti terjadi sebelumnya.
Karena itu, dia mengimbau masyarakat tak perlu resah dan tidak terpancing informasi yang tidak jelas, termasuk melalui media sosial.
Dia menyarankan, bila memerlukan informasi terkait GAK itu, dia mempersilakan untuk menghubungi pihaknya atau bisa menanyakannya ke Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Sampai Jumat sore ini aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tetap aktif, namun tidak terdengar lagi suara dentuman keras," katanya lagi.
Dia membenarkan peralatan pantau aktivitas GAK itu yang berada di gunung api di dalam laut ini masih mengalami kerusakan dan menunggu perbaikan, sembari memastikan petugas dapat mendarat di lokasi gunung ini.
"Bagaimana kami ke sana, sementara kami mengimbau masyarakat menjauhi pada radius 5 km dari kawahnya," kata dia pula.
Diharapkan kerusakan peralatan itu segera diperbaiki sambil menunggu petugas bisa mendarat di lokasi gunung itu. Namun pengamatan aktivitasnya masih dapat dilakukan dari pos pantau Gunung Anak Krakatau di Pasauran, Carita (Banten).
Aktivitas Gunung Anak Krakatau yang dilaporkan berupa prakiraan ketinggian asap akibat erupsi, tanda-tanda fisik ketika awan panas meluncur ke lautan, arah angin yang mempengaruhi arah abu vulkanik, kepekatan asap karena erupsi, dan kondisi cuaca saat pengamatan berlangsung.
Catatan itu kemudian dikirimkan ke Pos Pengamatan di Pasauran, Carita (Banten) setiap enam jam dalam satu hari. Catatan yang dikirim dari pos pengamatan di Lampung merupakan data pelengkap dari data yang direkam di Pos Carita. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan BMKG terkait informasi adanya retakan di lereng GAK itu.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menginformasikan telah terjadi letusan (erupsi) Gunung Anak Krakatau, di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, pada Kamis (3/1), pukul 21.02 WIB.
Namun, dalam letusan itu tinggi kolom abu tidak teramati. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi sekitar 4 menit 52 detik. Teramati lontaran material pijar tinggi 400 meter dari kawah.
PVMBG menegaskan saat ini Gunung Anak Krakatau berada pada status Level III (Siaga) dengan rekomendasi masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah.*
Baca juga: Letusan Gunung Anak Krakatau tipe strombolian
Baca juga: Anak Krakatau meletus lagi siang ini