Jakarta (ANTARA) - Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol M Iqbal di Jakarta, Rabu, menyampaikan kronologi aksi kegiatan massa pengunjuk rasa yang berlangsung sejak Selasa (21/5).
Iqbal menyampaikan bahwa pada awalnya aksi unjuk rasa yang berlangsung damai, dilakukan oleh berbagai kelompok massa yang mendekati kantor Bawaslu di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Ia menjelaskan bahwa dengan komunikasi yang baik dengan pimpinan pengunjuk rasa, petugas TNI/Polri bahkan bisa berbuka puasa bersama, sholat maghrib, sholat isya dan sholat tarawih bersama-sama.
Setelah selesai sekitar pukul 21.00 WIB, petugas mengimbau kepada pengunjuk rasa untuk membubarkan diri.
"Korlap pengunjuk rasa kooperatif, suasananya pun kondusif, damai," kata Iqbal didampingi Kapuspen TNI Mayjen Sisriadi dan Kabag Penum Mabes Polri Kombes Pol Asep Saputra.
Setelah itu, petugas TNI/Polri bisa melakukan konsolidasi untuk tetap berjaga dan mengamankan obyek terutama Bawaslu.
Namun sekira pukul 23.00 wib, katanya, ada massa yang datang di sekitar Bawaslu, tidak tahu dari mana, berulah anarkis dan provokatif, berusaha merusak security barrier dan memprovokasis petugas.
Petugas, katanya, sesuai prosedur standar operasional (SOP) dan karena sudah larut malam, petugas TNI/Polri menghalau dengan mekanisme yang ada, namun massa di beberapa lokasi di Jalan Wahid Hasyim dan Jalan Thamrin menyerang petugas.
"Bukan hanya lontaran kata-kata, tetapi juga batu, molotov, dan petasan," katanya.
Ia menyebutkan ada 58 provokator yang ditangkap dan sedang didalami lebih lanjut dalam pemeriksaan.
Massa tersebut dari luar Jakarta, seperti dari Jawa Barat, Banten, bahkan Jawa Tengah.
Petugas juga menahan satu mobil ambulans berlambang partai politik, yang di dalamnya terdapat tumpukan batu dan berbagai peralatan, bahkan ada amplop.
"Semua sudah kami sita," katanya.
Setelah massa anarkis di sekitar Bawaslu sudah dikendalikan, kemudian di tempat lain di Jalan KS Tubun sekitar pukul 02.45 juga ada sekelompok massa sekitar 200 orang.
Mereka ke kompleks asrama Brimob, lalu melakukan perusakan sejumlah kendaraan secara brutal.
Dari massa anarkis tersebut, katanya, menunjukkan bahwa itu bukan merupakan peristiwa spontan, melainkan telah dirancang (setting) untuk melakukan aksi anarkis dan brutal.
"Beda dengan massa aksi damai yang sangat kooperatif," katanya.