Jambi (ANTARA) - Museum merupakan jendela budaya, bisa juga dikatakan gudangnya ilmu. Betapa tidak, di museum terdapat peninggalan dan jejak sejarah. Baik penemuan benda sejarah yang di cari secara khusus maupun yang ditemukan secara tidak sengaja oleh masyarakat berkumpul di museum.
Melalui peninggalan dan rekam jejak sejarah, banyak ilmu yang dapat di ambil. Bahkan jika di perhatikan secara seksama berbagai disiplin ilmu dapat di pelajari di museum. Mulai dari ilmu sosial, ilmu alam dan ilmu terapan ada di museum.
Di Provinsi Jambi, terdapat satu museum yang menyimpan secara apik sejarah Jambi, tidak hanya sejarah namun kearifan lokal dan budaya dari masa ke masa dapat dilihat di museum tersebut.
Museum Siginjei namanya, museum tersebut merupakan museum terbesar di Kota Jambi. Museum Siginjei berada di Kota Jambi, ibu Kota Provinsi Jambi. Tepatnya berada di Jalan Jendral Urip Sumoharjo, Sungai Putri, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi.
Saat memasuki Museum Siginjei suasana aman, nyaman dan tentram akan menyambut kedatangan pengunjung. Di lobi museum di pajang denah lokasi museum yang bertujuan untuk memberi petunjuk bagi pengunjung saat menjelajahi cakrawala kearifan negeri Jambi di Museum Siginjei.
Di Museum Siginjei menyimpan peninggalan nan cantik yang menjadi saksi bisu peradaban rakyat Jambi. Konon katanya, benda peninggalan nan cantik tersebut di jadikan sebagai cendera mata oleh tamu tamu kerajaan dari negeri seberang.
Keramik di kenal sebagai ‘si cantik’ dari negeri seberang karena bentuk, ukiran, dan motif nya yang memiliki ciri khas dari setiap negeri yang menjadikannya cindera mata untuk kerajaan Jambi pada masa itu. Berbagai bentuk dan jenis keramik yang menjadi cendera mata pada masa kerajaan tersusun rapi di dalam Museum Siginjei Jambi.
Dilihat dari peninggalannya, keramik yang menjadi cendera mata tersebut diantaranya di berikan oleh tamu kerajaan dari Timur Tengah, Cina, Hindia, Tahailand, Kamboja, Myanmar, Jepang dan Laos.
Keramik ini di kenal sebagai si cantik dari negeri seberang karena pada masa kerajaan merupakan cendera mata yang masyhur di berikan oleh tamu-tamu kerajaan. Setiap tamu kerajaan memberikan keramik dengan motif terbaiknya.
“Ada sekitar 200-an hadiah keramik berbentuk mangkuk yang di jadikan cendera mata pada masa kerajaan, belum lagi keramik dalam bentuk lainnya,” kata Kepala Museum Siginjei Jambi Leni Nurleni.
Tidak hanya sebagai cinderamata, namun juga terdapat jenis-jenis keramik yang memiliki nilai manfaat bagi masyarakat pada masa itu. Seperti tempayan berbahan keramik yang di manfaatkan sebagai wadah air minum.
Keramik yang menjadi saksi bisu peradaban Negeri Jambi tersebut tersusun rapi di salah satu ruangan di Museum Siginjei. Pengunjung dapat melihat langsung koleksi keramik yang tersusun rapi di ruangan dengan kode 11 FR. Saat memasuki museum, pengunjung dapat langsung memasuki ruangan tersebut karena terletak di ruangan bagian depan museum.
Sebaran keramik di Jambi
Keramik keramik yang menjadi cendera mata setiap tamu kerajaan pada masa itu masuk ke Negeri Jambi melalui jalur perdagangan. Pada abad ke V hingga VII bersama sutera dan keramik menjadi salah satu komoditi penting yang di per dagangkan pada masa itu.
Masuknya keramik ke negeri Jambi di kenal melalui jalur sutera, atau lebih di kenal dengan ‘Silk Road’ yang merupakan jalur perdagangan tertua yang menghubungkan antara Cina, India, Asia Tenggara dan Eropa.
Di Jambi, keramik banyak di temukan di wilayah timur, sebab wilayah timur Jambi pada masa itu merupakan jalur masuknya pedagang dari berbagai negara. Sehingga berbagai jenis dan bentuk keramik banyak di temukan di wilayah timur Jambi, di antaranya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi dan Kota Jambi.
“Keramik ini tidak luput dari kesejarahan, melalui bentuk dan jenis keramik dapat di ketahui penciptaannya pada masa dan abad ke berapa,” kata Leni Nurleni.
Keramik tersebut di temukan dalam beberapa metode penemuan, diantaranya temuan di bawah air, temuan hasil ekskavasi arkeologi dan temuan permukaan. Namun sebagian besar keramik di Museum Siginjei merupakan keramik temuan di atas permukaan yang di temukan oleh masyarakat.
“Paling banyak keramik di temukan di Tanjung Jabung Timur, di daerah Lambur,” kata Leni Nurleni.
Baca juga: Museum Perjuangan Jambi visualisasikan sejarah melalui video
Baca juga: Peneliti pastikan perahu kuno di Lambur bukan pinisi
Koleksi Keramik Museum Siginjei
Koleksi keramik di Museum Siginjei saat ini berjumlah 433 koleksi dalam berbagai bentuk. Ada yang berbentuk piring, cepu, botol, mangkuk, baskom dan tempayan.
Koleksi keramik di Museum Siginjei di dominasi oleh temuan keramik dari Cina. Keramik dari Cina tersebut terbagi dalam jenis-jenis keramik dari beberapa dinasti. Diantaranya Dinasti Han, Tang, Sung Utara, Sung Selatan, Yuan, Ming dan Cing.
“Koleksi keramik dari Cina kebanyakan dari Dinasti Sung dan Cing,” kata Leni Nuerleni.
Tidak semua koleksi keramik di Museum Siginjei dalam keadaan utuh, sebagian koleksi ada yang berbentuk pecahan. Dan keramik-keramik yang di pajang tersebut merupakan keramik yang sudah di teliti.
Artinya asal keramik, tahun pembuatan dan bahan dasar keramik sudah di ketahui. Begitu pula dengan corak dan motif keramik tersebut telah di teliti. Sehingga pengunjung bisa memperoleh informasi sejarah dari keberadaan keramik tersebut.
Temuan keramik dari negeri-negeri seberang di Jambi banyak di jumpai di situs-situs purbakala. Terutama di sepanjang daerah aliran Sungai Batanghari. Hal tersebut menunjukkan bahwa Jambi sejak dahulu telah memainkan peran penting dalam bidang perdagangan dan kebudayaan yang seiring berjalan nya waktu berkembang di dunia.
“Temuan keramik di suatu situs atau kawasan purbakala membuktikan bahwa lokasi tersebut merupakan tempat yang penting, setidaknya menjadi lokasi bertemu nya masyarakat lokal dan orang asing,” kata Leni Nurleni.
Temuan keramik yang sebagian besar berada di wilayah aliran sungai membuktikan bahwa tempat-tempat tersebut pada masanya merupakan tempat pemukiman, Pelabuhan serta pusat perdagangan.
Di jelaskan Leni Nurleni, berdasarakan pemberitaan dalam berita Arab masa pemerintahan Khalifah Muawiyah pada 661 Masehi hingga 681 Masehi, di sebutkan bahwa bandar lada terbesar di Sumatera bagian selatan terletak di Zabag Sribusa.
Zabag menurut para ahli diidentikkan dengan daerah Muara Sabak, sebuah daerah yang berada di pesisir pantai timur Jambi. Selain itu, sumber-sumber sejarah asing mencatat tentang keberadaan Pelabuhan dagang di wilayah Jambi.
“Hsin T’ang Shu pada masa dinasti tang tahun 662 Masehi menyebut nama Kompe, kompe mungkin dapat dihubungkan dengan Kompei atau Muara Kumpe, saat ini lebih dikenal dengan suak kandis yang saat ini masih merupakan Pelabuhan sungai di Jambi,” katanya.
Baca juga: Museum Siginjei Jambi akan gelar lomba permainan tradisional
Baca juga: Kemdikbud akan resmikan kawasan Candi Muaro Jambi