Jakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) menggandeng pengelola pondok pesantren untuk menjalankan Sekolah Lapang Petani Gambut yang berisi materi dan pembelajaran mengenai pertanian alami tanpa bakar di areal gambut dan restorasinya.
Gagasan program ini, tambahnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, muncul beriringan dengan ditemukannya teknologi Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).
“Pada 2016, kami kumpulkan para petani inovator gambut yang menemukan cara bertani di lahan gambut tanpa membakar dan bisa menggunakan nutrisi tanaman buatan sendiri,” katanya.
Dari kegiatan Sekolah Lapang Petani Gambut ini, BRG memperkuat melalui Masjid Peduli Gambut.
Saat ini BRG menggandeng pesantren untuk mengajarkan kepada para santri mengenai aktivitas pembukaan dan pengelolaan lahan secara alami.
“Pesantren di sini (Riau) sangat banyak. Beberapa diantaranya punya lahan produktif,” kata dia saat membuka program Sekolah Lapang Petani Gambut di Pondok Pesantren Al Mutaqien Bungaraya, Kabupaten Siak, Riau.
Suwignya berharap kerja sama dan pelatihan ini bisa menjadi penggerak ekonomi pondok pesantren, sehingga ekonomi pesantren dari lahan-lahan tadi bisa untuk menyuplai para santri dan warga sekitar.
Sementara itu, Pengurus Ponpes Al Muttaqin, KH Muhammad Winto mengakui program ini sebagai solusi, sebab pembakaran untuk membuka lahan banyak dilakukan masyarakat.
“Dulu warga beranggapan, mengolah gambut tanpa dibakar itu tidak bisa, tapi sekarang sudah ada tekniknya,” ujarnya.
Dia berharap program Sekolah Lapang Petani Gambut di pesantrennya bisa dipraktikkan para santri dan pengajar sehingga diharapkan kebakaran lahan gambut dapat dihindarkan.
Program Sekolah Lapang Petani Gambut ini menggandeng Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU).
Ketua Himpunan Alumni Pondok Pesantren Riau, M. Thohir berharap kegiatan semacam ini bisa menjangkau lebih banyak pesantren di Riau. Saat ini, menurut catatannya, ada sekitar 260 pondok pesantren di Riau dengan jumlah santri mencapai puluhan ribu.
“In Sya Allah kita siap untuk menyukseskan kerja sama dengan Badan Restorasi Gambut. Sebab, pesantren-pesantren di sini rata-rata memiliki lahan gambut,” ucap dia.
Menurut dia, ketahanan pangan masih sangat kecil di Riau, lahan gambut kalau dikelola dengan baik bisa mewujudkan ketahanan pangan.
Baca juga: BRG: Desa peduli gambut berperan dalam SDGs
Baca juga: Peneliti KLHK terapkan multisistem silvikultur rehabilitasi gambut