Jakarta (ANTARA) - Badan Rehabilitasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menyatakan, pelaksanaan rehabilitasi mangrove tahun ini dijalankan dengan metode padat karya sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi terutama pada pada pandemi Covid-19.
Anggaran rehabilitasi keseluruhan , tambahnya, sekitar Rp1,5 triliun dan sebagian besarnya digunakan untuk pembibitan dan penanaman dengan tenaga kerja berasal dari masyarakat desa.
“Bagi kami, bekerja dengan masyarakat secara langsung di tapak bukan hal baru. Pada pelaksanaan restorasi gambut periode sebelumnya, pendekatan inilah yang kami kedepankan,” ujarnya disela kegiatan roadshow ke 3 provinsi yaitu Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau.
Baca juga: Luhut sampaikan komitmen Indonesia dukung penanganan perubahan iklim
Dikatakannya rehabilitasi mangrove tahun ini akan dilakukan pada areal sekitar 83 ribu hektar secara bertahap sedangkan.9 provinsi yang dijadikan lokasi , yakni Sumatera Utara, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua dan Papua Barat.
"Lokasi-lokasi diidentifikasi di lapangan bersama dengan BPDAS-RH. Demikian pula kami lakukan identifikasi kelompok masyarakat yang akan terlibat”, kata Hartono.
Terkait roadshow di tiga provinsi tersebut, Hartono menyatakan, tujuan kegiatan yang akan berlangsung kurang lebih seminggu tersebut untuk menyosialisasikan program restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove tahun 2021-2024 kepada para pihak di daerah.
Baca juga: Rehabilitasi mangrove bentuk mitigasi untuk capai "net zero emission"
Kepala BRGM memandang perlu untuk lebih mempererat jalinan komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah daerah agar target restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove bisa tercapai.
Pada roadshow yang dilakukan sejak 21 April 2021 itu, rombongan BRGM juga akan melakukan penanaman mangrove Bersama masyarakat di beberapa lokasi sebagai bukti kesiapan pelaksanaan rehabilitasi secara nyata.