Banda Aceh (ANTARA) - Dengan sangat hati-hati Rosminawati warga Gampong Panca Kubu mengarungi sungai yang menghubungkan Gampong Panca Kubu dengan Gampong Panca Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar.
“Nabila jak tajak woe, beu tegoh beh (Nabila ke sini dan hati-hati ya,” kata Rosminawati dengan bahasa Aceh saat memanggil anaknya dengan seragam Sekolah Dasar yang telah menunggu di tepian sungai.
Perlahan-lahan Rosminawati menggandeng anaknya mengarungi sungai seraya melihat area dangkal yang dilaluinya tadi dan tentu tidak membuat baju sekolah anaknya basah kuyub.
Rominawati merupakan satu dari sekian warga Gampong Panca Kubu yang saban hari harus mengarungi sungai untuk mengantarkan anaknya menimba ilmu di gampong sebelah yang terbelah dengan sungai.
Perjalanan mengarungi sungai yang telah menjadi rutinitas sehari-hari sejak jembatan penghubung dari Panca Kubu ke GAmpong Panca dan sebaliknya putus terbawa banjir, tidak selalu berjalan mulus seperti yang dilalui ibu dari Nabilatul Aulia, karena saat hujan deras maka debit air sungai tinggi, sehingga membuat warga harus ekstra hati-hati.
Ibu dari dua orang anak tersebut menuturkan untuk mengantarkan anaknya, ia berbagi peran dengan suaminya, di mana saat air sungai tinggi maka yang berperan mengantar anaknya adalah ayahnya.
“Jika air sungai tinggi, maka yang antar adalah ayahnya dan kalau tidak memungkinkan maka anak-anak tidak sekolah. Ada satu waktu harus menerobos arus sungai karena anaknya ujian,” katanya seraya mengenang hari itu.
Rosminawati sangat berharap penderitaan yang dialami oleh warga Gampong Panca tersebut dapat segera berakhir dengan tuntasnya pembangunan jembatan yang terhenti pembangunannya.
Pemandangan lainnya juga terlihat hari itu, di mana Samsiah Warga Gampong Panca Kubu, menjinjing tabung gas kosong isi tiga kilogram untuk ditukarkannya dengan tabung berisi yang dijual di gampong tetangga yakni di Gampong Panca.
Ia menuturkan untuk kebutuhan sehari-hari seperti berbelanja dan juga mengurus administrasi ke ibu kota Kecamatan dan Kabupaten termasuk membawa orang sakit harus menyeberangi sungai.
Belasan tahun warga gampong Panca Kubu harus belajar memahami aliran sungai agar tak tertimpa musibah terbawa arus yang bisa datang kapan saja, terutama saat curah hujan tinggi.
Keuchik Gampong Panca Kubu, Nur Tamren mengatakan aktivitas yang dilakoni warganya saban hari tersebut pernah ditimpa kemalangan, di mana salah satu warganya beberapa bulan yang lalu meninggal dunia terseret arus saat menyeberangi sungai yang menghubungkan kedua gampong tersebut.
"Ada juga warga meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit karena proses penyeberangan yang lama di sungai. Hasil panen kami juga kerap membusuk sebab saat panen kemudian tidak bisa kita bawa karena air sungai tinggi," kata Nur Tamren berkisah akan apa yang kerap dialami warga di gampong tersebut.
Ia menjelaskan keberadaan jembatan yang menghubungkan Gampong Panca dengan Panca Kubu tersebut sangat penting, karena berbagai aktivitas warga di Gampong Panca Kubu sangat bergantung pada fasilitas tersebut. Kehadirannya akan memudahkan anak-anak untuk sekolah, mengangkut hasil pertanian dan memudahkan berbagai urusan warga.
Keuchik Desa Panca, Abdul Wahab kepada Gubernur juga menjelaskan jembatan yang menghubungkan kedua gampong tersebut dibangun pada tahun 2008, namun setelah itu jembatan tersebut terhenti pembangunannya.
Pembangunan tersebut kembali dilanjutkan pada tahun 2017-2018, sehingga membuat keyakinan besar warga setempat terhindar dari marabahaya yang kapan saja bisa datang saat melintas, namun lagi-lagi jembatan tersebut tak usai dikerjakan.
Warga yang mendiami Panca Kubu dan Gampong Panca tentu berharap besar kepada pemerintah daerah khususnya Pemerintah Aceh agar jembatan yang sudah dibangun namun belum tuntas dapat segera direalisasikan sehingga mimpi mereka akan sebuah jembatan dapat hadir dengan nyata.
Baca juga: Dukung jalur logistik, PUPR bangun duplikasi jembatan di Aceh Timur
Baca juga: Aceh Barat bangun jembatan Rp31,5 miliar untuk bangkitkan ekonomi
Tuntaskan di 2022
Pada Rabu pagi, Gampong Panca kedatangan tamu spesial yang tak lain adalah Gubernur Aceh, Nova Iriansyah yang turut didampingi istri, Dyah Erti Idawati guna melihat langsung keadaan warga dan jembatan penghubung gampong Panca Kubu.
“Insya Allah jembatan ini akan kita tuntaskan pembangunannya pada tahun 2022 dengan menggunakan dana Otonomi khusus Aceh, karena kalau untuk tahun 2021 kemungkinan tidak bisa lagi karena proses penganggaran sudah berjalan,” kata Nova Iriansyah di Aceh Besar, Rabu.
Menurut dia semua pembangunan yang telah berjalan harus dituntaskan termasuk jembatan Panca ini. Khusus untuk pembangunan jembatan tersebut tidak membutuhkan dana besar lagi, karena rangka bajanya sudah ada sesuai dengan penjelasan dari Asisten II Setda Aceh.
“Anggaran yang dibutuhkan untuk penuntasan jembatan ini hanya sekitar Rp10 miliar dan Insya Allah akan kita tuntaskan tahun 2022,” katanya.
Ia menambahkan sebenarnya pembangunan jembatan tersebut menjadi kewenangan kabupaten dan pembangunannya dapat dituntaskan pada tahun 2021, namun karena telat penyampaian maka akan dituntaskan pada tahun 2022.
Dalam kunjungan langsung yang turut didampingi sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Aceh dan Aceh Besar tersebut, Nova Iriansyah juga menampung langsung aspirasi yang disampaikan warga di gampong tersebut.
Dalam kunjungan tersebut, Nova Iriansyah turut didampingi Wakil Bupati Aceh Besar, Tgk Husaini A Wahab, Asisten II Setda Aceh, Mawardi, Plt Kadis PUPR Aceh, Mawardi dan Karo Humas dan Protokol Setda Aceh, Muhammad Iswanto.
Semoga mimpi warga Gampong Panca Kubu segera terwujud demi menghilangkan kekhawatiran melawan arus saat menyeberang yang mengancam setiap saat.
Baca juga: BPBD perbaiki jembatan putus di Aceh Tenggara dengan pohon kelapa
Baca juga: Jembatan Subulussalam-Runding putus dua kecamatan terisolir