Jakarta (ANTARA) - Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan varian Delta virus corona penyebab COVID-19 lebih menular dan mengkhawatirkan dibanding varian Mu.
Varian Mu dikenal sebagai B.1.621 dan pertama kali terdeteksi di Kolombia pada Januari 2021 dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikannya sebagai variant of interest (VOI).
Baca juga: Pakar UGM: Varian Mu tidak seganas Delta
Yunis menuturkan varian Delta yang teridentifikasi pertama kali di India lebih menginfeksi dibandingkan varian Mu, bahkan tingkat penularan varian Mu kalah besar dibandingkan varian Delta.
Dengan demikian, varian Delta masih lebih berbahaya dibanding varian Mu.
Sama dengan varian Alpha, varian Mu juga menyerang organ tubuh secara sistemik. Tingkat penularan dan keparahan penyakit yang ditimbulkan varian Mu hingga saat ini masih sama dengan varian Alpha.
Justru, varian Delta lebih menginfeksi beberapa kali lipat dibanding varian Mu.
Jika varian aslinya bisa menular kepada dua sampai empat orang, maka varian Alpha dan varian Mu bisa dua kali lipat dari varian asli berarti dapat menular kepada sekitar 4-8 orang.
Sedangkan varian Delta bisa menular empat kali lipat dari varian Alpha. Jadi, lebih parah penularan varian Delta dibanding varian Mu.
Yunis menuturkan semua negara masih lebih takut terhadap varian Delta dibanding varian Mu karena varian Delta masih lebih mengancam saat ini.
Baca juga: Kemenkes pantau pergerakan varian Mu melalui komunikasi dengan WHO
Baca juga: Pokja Genetik UGM: Varian Mu tidak lebih ganas dari Delta
Baca juga: Wapres: Perketat pintu masuk RI cegah varian Mu