Jakarta (ANTARA) - Cendekiawan sosial-politik, Dimas O Nugroho, berpendapat Indonesia menghadapi sebuah zaman bergerak, mulai dari kemunculan "New Media", yang kemudian melahirkan "New Economy" hingga "New Politics".
Baca juga: Indonesia optimistis memasuki masyarakat 5.0
Terlebih lagi, jika ditambah cengkraman pandemi Covid-19 dan berbagai dampak perubahan sosial yang terjadi.
"Maka, respon masyarakat terhadap krisis dan tekanan perubahan dapat terbelah ke dalam dua kemungkinan: adaptasi, melahirkan sebuah kompromi atau konsensus, atau sebaliknya, keresahan, kesenjangan yang melahirkan ketegangan, bahkan konflik," katanya.
Ia pun meneropong situasi Indonesia dalam menghadapi gegar budaya sebagai implikasi transformasi sosial-ekonomi-politik yang terjadi di era kekinian.
Baca juga: Lemhannas: Kemajuan teknologi dan sumber daya pengaruhi masa depan
Menurut dia, Indonesia adalah negara kepulauan, majemuk secara sosio-historis, yang memiliki pengalaman transformasi yang tak mudah, dramatis, bahkan traumatik pada sejumlah fase ekonomi-politik yang menentukan.
Sebagai negara besar, dengan sumber daya yang besar, demografi dan potensi pasar yang kuat, Indonesia juga memiliki problem, kerentanan dan tantangan yang tak kalah seriusnya.
Baca juga: Lemhannas gelar Jakarta Geopolitical Forum V untuk membahas kebudayaan
"Saya berpendapat bahwa faktor pandemi Covid-19 telah menjadi variabel tidak terduga 'by nature', namun 'by force: telah membuka peluang sekaligus memaksa negara-bangsa Indonesia dengan segala problem sosio-historis-nya untuk melakukan kompromi, rekonsiliasi dan konsolidasi politik," kata Dimas.
Pada tataran suprastruktur negara, sekaligus melakukan pembenahan pada tataran infrastruktur pemerintahan dan pelayanan publik.
Baca juga: Lemhannas menggunakan pendekatan "soft power" hasilkan kajian
Dalam perspektif politik, tambah Dimas, momen pandemi yang terjadi di tengah tekanan transformasi digital dan lanskap sosial ekonomi yang berubah ini telah pula menjadi kesempatan untuk Indonesia yang beragam merumuskan ulang dan mereformulasikan strategi kebangsaannya.
"Ini untuk mengantisipasi dan beradaptasi terhadap himpitan sekaligus peluang di era baru," ucapnya.