Jambi (ANTARA) - Pandemi membuat manusia beradaptasi, menyesuaikan diri dengan keadaan saat ini. Segala aspek kehidupan menjadi tak biasa, belajar dari awalnya di kelas, beralih ke rumah, dan kini kembali ke sekolah bagi yang sudah mendapatkan izin orangtua.
Kehidupan berubah, pun tak ada pengecualian di dunia Pendidikan. Segala bentuk kebijakan dikeluarkan, segala daya dilakukan, bahkan segala macam istilah dan cara bermunculan. Bahkan segala macam tudingan kerap terdengar ketika pemberlakuan WFH (Work From Home) termasuk bagi guru diterapkan.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan baik itu secara daring, luring maupun blended learning atau pembelajaran campuran.
Mau tidak mau guru harus melek akan teknologi dan berupaya semaksimal mungkin melaksanaan pembelajaran. Guru yang tadinya gemetar memegang keyboard atau jarang menggunakan gawai kini mahir dengan keharusannya.
Guru harus meningkatkan kompetensi diri sendiri yang nantinya akan berimbas pada peningkatan kompetensi peserta didik. Sebagai pendidik, mengelola proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa serta memiliki teori belajar yang baik sehingga mencapai tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang diharuskan.
Selain itu guru juga harus memiliki gagasan kreatif agar pembelajaran dapat menyenangkan di tengah kelelahan siswa menghadapi situasi baru di masa pandemi. Hal ini sejalan dengan yang ditulis oleh H.D Irianto bahwa “Kemampuan mengajar dan mendidik harus terus diasah, agar sesuai dengan perkembangan zaman. Kepribadian harus terus dimatangkan, agar mampu menjadi figur teladan bagi anak didiknya”.
MIKiR dan PIT
Salah satu upaya guru juga harus bisa berfikir bagaimana cara menerapkan unsur MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi) yang dikembangkan Program PINTAR Tanoto Foundation di dalam kelas yang akan berlangsung.
Melalui pelatihan yang diadakan oleh Tanoto Foundation guru juga belajar bagaimana menyiapkan beberapa pertanyaan Produktif, Imajinatif, dan Terbuka (PIT) untuk membuat rencana program pembelajaran di mana di dalam prosesnya siswa harus aktif dan guru sebagai fasilitator memberikan ruang bagi siswa untuk kretif.
Selain itu guru juga menerapkan tata tertib di kelas yang berlangsung baik itu secara daring maupun luring.
Menumbuhkan kembali rasa percaya diri siswa di dalam kelompoknya setelah diadakan PTM Terbatas dengan mengaktifkan setiap siswa di dalam kelompok melalui pengelolaan kelas yang baik.
Mengajak siswa mengamati, misalnya proses metamorfosis kupu-kupu dari ulat menjadi kupu-kupu, lalu saling berinteraksi antar teman sebaya, mendiskusikan apa yang ditemukannya, kemudian mengkomunikasinnya di depan kelas, menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.
Lalu kita juga ajak siswa untuk merefleksikan hasil pembelajaran, agar lebih baik di kemudian hari.
Untuk melaksanakan itu semua tidak mudah, sungguh sangat tidak mudah memang, hanya saja bukankah tidak boleh ada kata menyerah meskipun tidak semua rencana pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik. Maka upaya selanjutnya yang harus diterapkan guru adalah melakukan perbaikan terus menerus.
Bahwa guru harus melakukan langkah-langah kecil sekalipun untuk memperoleh sesuatu yang besar. Sebagai sosok yang "digugu" dan "ditiru" (dipatuhi dan dicontoh), Guru harus menjadi sosok yang aktif menginspirasi.
Karenanya guru harus senantiasa harus selalu belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, menjadi bijaksana lebih dari biasanya.
Mari kita jadikan momentum hari guru nasional ini dengan terus belajar dan meningkatkan kualitas diri kita.
Oleh: Mylda Wahyuni, M.Pd
Guru SMPN 19 Tanjung Jabung Timur/ Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation