Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan Indonesia telah mengalami 1.137 kali kejadian bencana hingga Maret 2022.
Berdasarkan jenis tren bencananya, ia mengemukakan, Indonesia kembali dihadapkan dengan bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem.
"Kejadian bencana ini paling sering terjadi di Indonesia dari tahun-tahun sebelumnya," tuturnya.
Baca juga: BNPB catat 5.402 kejadian bencana terjadi di Indonesia sepanjang 2021
Baca juga: Literasi hingga tata ruang lahan jadi pembelajaran bencana 2021
Ia menambahkan terdapat tujuh provinsi yang tingkat kejadian bencananya paling tinggi di Indonesia dalam tiga bulan pertama tahun ini, yakni Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
"Dari data yang dimiliki oleh BNPB, tujuh provinsi itu setiap tahun selalu menjadi hotspot, dalam artian provinsi-provinsi dengan tingkat kejadian bencana paling tinggi di Indonesia," katanya.
Oleh karena itu, lanjut dia, BNPB mengimbau bagi pemerintah daerah di tujuh provinsi itu agar benar-benar memperhatikan kembali kondisi lingkungan, sungai, alam-alam pegunungan yang selama ini menjadi daerah resapan air.
Di samping itu, tujuh pemda itu juga diimbau memperhatikan kondisi di sepanjang aliran sungai yang mungkin selama ini terjadi penyempitan atau terjadi pendangkalan.
"Itu harus benar-benar kita benahi bersama-sama," ucapnya.
Baca juga: BMKG minta warga waspadai potensi bencana hidrometeorologi di Sumut
Baca juga: BPBD NTT sebut bencana hidrometeorologi tewaskan lima warga
Dalam kesempatan sama, Abdul Muhari juga menyampaikan, pada Maret 2022 ini Indonesia mengalami 358 kejadian bencana, sementara pada Maret 2021 sebanyak 537 kejadian bencana.
"Jumlah kejadian bencana bulan Maret 2022 lebih sedikit dibandingkan dengan Maret 2021," katanya.
Dari sisi korban luka, korban terdampar dan mengungsi, serta rumah rusak, disampaikan juga, lebih sedikit jika dibandingkan pada periode Maret 2021.
Kendati demikian, lanjut dia, dari sisi korban meninggal dan hilang pada Maret tahun ini jumlahnya lebih banyak dibandingkan Maret 2021.
"Bulan Maret 2021 sebanyak 17 orang meninggal dan hilang, sementara Maret tahun ini 29 orang, itu naik 70 persen," paparnya.
Baca juga: Kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi
Baca juga: Pascagempa Sumbar, BMKG ingatkan ancaman bencana hidrometeorologi