Jakarta (ANTARA) - Pakar bidang psikologi keluarga, Marilyn M. Friedman dalam buku berjudul Family Nursing mengatakan bahwa salah satu fungsi keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Fungsi ini memiliki tujuan agar seluruh anggota keluarga senantiasa terjaga kesehatan jiwa dan raganya.
Fungsi perawatan kesehatan ini bahkan dapat juga mengingatkan kita semua tentang betapa antusiasnya seorang ayah mengajarkan anaknya bermain sepeda, bermain bola, berenang, hingga aktivitas fisik lainnya agar anak-anaknya menyukai olah raga.
Keteladanan, nasihat, hingga kebiasaan yang ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya akan membentuk karakter dan perilaku seorang anak. Termasuk juga perihal kesehatan, kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan sejak dini akan mempengaruhi cara seorang individu dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy saat peringatan Hari Keluarga Nasional, bahwa orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka sehingga pola pengasuhan yang diberikan di dalam keluarga akan menentukan karakter anak.
Dalam konteks perawatan kesehatan, pendapat Menko PMK tersebut bisa disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan oleh orang tua akan menjadi bekal bagi seorang anak untuk tertib dan disiplin dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
Narasi tersebut juga menegaskan bahwa karakter seorang individu merupakan buah dari kebiasaan yang ditanamkan keluarganya di rumah. Bila orang tua membudayakan pola hidup bersih sehat sejak usia dini, maka anak-anak mereka akan bertumbuh dan berkembang membawa serta gaya hidup tersebut hingga mereka dewasa nantinya.
Sampai di sini, bisa dibayangkan sejenak, jika mayoritas keluarga di Indonesia membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, maka akan mendukung optimalisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang tertuang dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Germas.
Sebelum mengaitkan antara budaya hidup sehat dalam keluarga dengan optimalisasi Germas, mari perhatikan isi dalam Inpres yang diterbitkan dalam rangka mempercepat dan mensinergikan tindakan dari upaya promotif dan preventif dalam rangka meningkatkan produktivitas penduduk tersebut.
Dalam Inpres tersebut pemerintah menetapkan kebijakan untuk mewujudkan Germas melalui enam skema, yakni peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan edukasi hidup sehat.
Melalui Germas ini, pemerintah menggencarkan kampanye bahwa membiasakan perilaku hidup sehat sangat penting karena mencegah penyakit lebih baik dibanding mengobati.
Hal ini senada dengan apa yang pernah disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahwa aktivitas fisik atau olah raga yang dilakukan secara rutin minimal 30 menit sehari dan dilakukan sedikitnya lima kali dalam satu minggu akan bermanfaat untuk mencegah penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, hingga jantung.
Pernyataan tersebut sejalan dengan kampanye WHO's Be Active yang digencarkan Badan Kesehatan Dunia atau WHO sejak awal pandemi COVID-19 dengan tujuan membuat masyarakat tetap bergerak dalam rangka menjaga imunitas dan mencegah berbagai masalah kesehatan.
Lalu, kembali ke pembahasan sebelumnya, apa kaitan antara budaya hidup sehat dalam keluarga dengan optimalisasi Germas?
Baca juga: Menkes: Perilaku hidup sehat dapat tingkatkan kualitas hidup
Baca juga: Pemerintah mengampanyekan gerakan masyarakat hidup sehat
Hidup sehat
Pada saat ini pemerintah masih terus menggencarkan kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat sesuai Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 serta mendukung Program Indonesia Sehat.
Paradigma sehat yang dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif dan preventif serta pemberdayaan masyarakat merupakan kunci penting suksesnya program ini.
Untuk mendukung suksesnya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat serta memperkuat upaya promotif dan preventif, maka peran aktif tiap individu dalam tatanan masyarakat sangat diperlukan.
Kebiasaan individu yang dimulai di masing-masing keluarga dalam berperilaku hidup bersih dan sehat ibarat sungai yang menjadi awal mula mengalirnya program ini, yang nantinya akan bermuara ke lautan yang lebih luas.
Begitu juga dengan Germas, edukasi dan sosialisasi program ini harus menggunakan pendekatan keluarga. Karena keluarga merupakan wahana pertama dan utama dalam mendidik seorang individu, termasuk juga pendidikan kesehatan.
Dengan demikian, kembali ke narasi awal, jika fungsi perawatan kesehatan dijalankan dengan baik oleh masing-masing keluarga di Indonesia, jika orang tua membiasakan pola hidup sehat di tengah keluarga, maka bibit-bibit pendidikan kesehatan itu akan tersebar dengan luas dan budaya hidup sehat akan makin mengakar dengan kuat di seluruh penjuru negeri.
Untuk itulah, edukasi dan sosialisasi berbasis keluarga mengenai Germas, bisa menjadi salah satu langkah strategis agar program ini makin berjalan dengan optimal. Pelibatan keluarga sangat penting mengingat elemen terkecil dalam tatanan kehidupan masyarakat ini merupakan fondasi yang akan menguatkan pilar-pilar kesehatan secara nasional.
Karena sesungguhnya, pola hidup sehat dan pendidikan mengenai pentingnya hidup sehat, bisa dimulai dari keluarga, yakni melalui nasihat ibu dan keteladanan ayah.*
Baca juga: Kemenkes perluas edukasi Germas melalui kemitraan Pentahelix
Baca juga: Kemenkes catat adanya peningkatan produk pembersih selama pandemi