Jambi (ANTARA) - Menabung sejak dini memang bukan kewajiban, tapi upaya itu diyakini mampu memberikan efek positif menuju masa depan yang lebih baik. Khususnya bagi generasi milenial dimulai dari status pelajar.
Hal tersebut cukup beralasan mengingat pelajar atau generasi milenial memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Data statistik tahun 2019 menunjukkan jumlah pelajar tercatat sebanyak 55,7 juta atau 20,86 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Hasil riset dalam Indonesia Millennial Report 2019 juga menyebutkan bahwa milenial menjadi salah satu dasar yang dapat memperkuat perekonomian Indonesia di masa depan.
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 76/POJK.07/2016 tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan di Sektor Jasa Keuangan bagi Konsumen dan/atau Masyarakat, Inklusi keuangan adalah ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk dan/atau layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Akses keuangan merupakan hak dasar bagi seluruh masyarakat dan memiliki peran penting dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sementara Literasi Keuangan adalah pengetahuan, keterampilan dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan.
Agar masyarakat dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan, masyarakat harus memahami dengan benar manfaat dan risiko, mengetahui hak dan kewajiban serta meyakini bahwa produk dan layanan jasa keuangan yang dipilih dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bagi masyarakat, literasi keuangan memberikan manfaat yang mampu memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai kebutuhan, memiliki kemampuan dalam melakukan perencanaan keuangan dengan lebih baik, terhindar dari aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas dan mendapatkan pemahaman mengenai manfaat dan risiko produk dan layanan jasa keuangan.
Literasi Keuangan juga memberikan manfaat yang besar bagi sektor jasa keuangan. Lembaga keuangan dan masyarakat saling membutuhkan satu sama lain sehingga semakin tinggi tingkat Literasi Keuangan masyarakat, maka semakin banyak masyarakat yang akan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan.
Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilaksanakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019, indeks literasi keuangan Provinsi Jambi hanya sebesar 35,17 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk Provinsi Jambi hanya 35 orang yang memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga keuangan dan produk jasa keuangan serta memiliki keterampilan akan produk jasa keuangan. Sedangkan untuk inklusi keuangan tercatat sebesar 64,73 persen hal tersebut menunjukkan bahwa dari 100 orang yang memiliki akses baru 65 orang yang memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan.
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) No.82 tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) selain sebagai upaya perluasan akses keuangan juga disebutkan pelajar salah satu sasaran keuangan inklusif. Dimana tahun 2019 lalu target inklusi keuangan adalah sebesar 75 persen.
Selain itu, dalam arahan Presiden Joko Widodo pada Rapat Terbatas SNKI tanggal Januari 2020 lalu juga menekankan bahwa tingkat inklusi keuangan Indonesia yang saat ini sebesar 76,19 persen harus dapat ditingkatkan menjadi di atas 90 persen pada tahun 2023.
Presiden berharap mahasiswa dan pelajar dapat ditarik untuk menggunakan produk dari perbankan nasional sehingga dapat meningkatkan inklusi keuangan. Sebab itu juga dilibatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar pelajar dan mahasiswa dapat memiliki tabungan.
Kemudian ada Keppres Nomor 26 Tahun 2019 tentang Hari Indonesia Menabung yang ditetapkan setiap tanggal 20 Agustus. Dimana tahun ini digelar dengan kegiatan Simpanan Pelajar (SimPel) sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya orang tua, sekolah dan pelajar terhadap kegiatan menabung sejak dini.
Tidak hanya itu, sesuai arahan Ketua Dewan Komisioner OJK dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) tanggal Januari 2020 lalu, menargetkan akhir tahun 2020 seluruh pelajar SMP telah memiliki rekening tabungan. Untuk mencapai itu sangat diperlukan kerja sama OJK sebagai leading sektor bersama pemerintah pusat dan daerah. Salah satu kerja sama itu yakni menetapkan hari Senin sebagai hari menabung.
Program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) ala OJK adalah satu upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia salah satunya di Provinsi Jambi dengan sasaran pelajar dan generasi milenial lainnya.
Program KEJAR merupakan salah satu bentuk aksi pelajar Indonesia menabung sebagai implementasi Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2019 tentang Hari Indonesia Menabung. Dalam implementasinya, program KEJAR dapat menggunakan produk SimPel atau produk tabungan anak yang telah dimiliki oleh bank.
Kepala OJK Provinsi Jambi, Endang Nuryadin dalam Kick Off Program KEJAR Kota Jambi dalam Opening Bulan Inklusi Provinsi Jambi, Selasa (6/10) lalu menegaskan bahwa program SimPel dan KEJAR merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan loyalty program yang diharapkan kedepannya akan memberikan dampak positif bagi pihak bank.
Di samping itu program KEJAR diharapkan dapat mengakselerasi pencapaian target inklusi keuangan yang ditetapkan oleh Presiden pada Rapat Terbatas SNKI 28 Januari 2020. Yakni mencapai lebih dari 90 persen pada tahun 2023.
Adapun jumlah pelajar yang telah memiliki rekening pada tahun 2020 ditargetkan sebesar 50 persen, tahun 2021 sebesar 75 persen dan pada tahun 2022 diharapkan seluruh pelajar di Indonesia telah memiliki rekening.
“Target inklusi keuangan artinya masyarakat dan khusunya pelajar memiliki rekening tabungan di bank ataupun di industri jasa keuangan lainnya. Dari 100 orang penduduk Jambi ditargetkan 90 persen atau 90 orang diantaranya memiliki tabungan, itulah cita-cita OJK dan teman-teman Perbankan serta cita-cita kita semua,” kata Endang.
Dukungan Semua Pihak
Dalam mencapai target dimaksud, kata Endang tentunya diperlukan strategi dalam implementasi program KEJAR diantaranya strategi dari sisi regulasi/kebijakan seperti adanya surat edaran dari pemerintah daerah kepada stakeholder terkait.
Kemudian dari sisi infrastruktur, kegiatan kunjungan bank ke sekolah harus ditingkatkan dan perlu didorong adanya keberadaan agen bank di sekolah. Tidak hanya itu, juga diperlukan adanya aliansi strategis dengan berbagai pihak seperti halnya dukungan dari komunitas atau organisasi keagamaan dan pelaksanaan MoU dengan pihak terkait.
Tak kalah pentingnya yaitu pelaksanaan campaign untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya budaya menabung sejak dini.
Untuk mencapai semua program-program yang diinisiasi OJK tersebut, juga sangat diperlukan kerja sama baik antara OJK, perbankan dan stakeholder terkait. Hal itu juga menindaklanjuti Surat Edaran (SE) Nomor 5811/D/HK/2019 tanggal 27 Mei 2019 tentang Program Simpanan Pelajar oleh Dirjen PAUD dan Dikdasmen.
Dalam Surat Edaran tersebut, meminta kepada kepala daerah untuk dapat mengimbau kepala dinas yang membidangi urusan pendidikan agar berpartisipasi aktif dalam mendorong implementasi budaya menabung di sekolah.
"Kami mengharapkan adanya tindak lanjut berupa sosialisasi atas Surat Edaran tersebut kepada dinas-dinas di daerah untuk mendukung implementasi program KEJAR di daerah," kata Endang Nuryadin.
OJK katanya juga berharap agar pimpinan dari industri keuangan dapat terus berkomitmen dalam mendukung program KEJAR dengan menyampaikan kepada seluruh kantor cabang bank di daerah untuk turut berpartisipasi aktif dalam implementasi program KEJAR bekerja sama dengan Kantor Regional dan Kantor OJK serta pemerintah daerah.
Selain itu, dalam upaya mendukung peningkatan budaya menabung, OJK juga meminta agar pihak perbankan dapat terus melakukan kunjungan bank ke sekolah minimal satu kali dalam satu bulan dalam menyosialisasikan program menabung kepada pelajar.
"Kami juga mendorong adanya agen Laku Pandai di sekolah-sekolah sehingga dapat mempermudah proses transaksi keuangan yang dilakukan oleh para pelajar termasuk dapat dimanfaatkan pula oleh para guru atau pihak lainnya. Dan kepada pelajar prinsip menabung itu adalah disisihkan dulu, bukan disisakan." ujarnya.
Tak cukup sampai di situ, OJK kata Endang sangat berharap adanya dukungan, komitmen dan kerja sama dari seluruh kepala daerah di Jambi untuk dapat mendorong peningkatan pembukaan rekening bagi seluruh segmen masyarakat melalui penerbitan surat edaran dalam rangka mendorong aksi Indonesia
Endang meyakini, keberhasilan program KEJAR sangat membutuhkan peran aktif dari seluruh pihak, terutama peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah, regulator dan industri jasa keuangan. Sebab itu OJK terus mengajak semua pihak berkolaborasi untuk mewujudkan kepemilikan rekening bagi seluruh pelajar di Indonesia dan berperan optimal dalam meningkatkan inklusi keuangan.
Salah satu langkah mewujudkan hal itu, OJK dan perbankan serta pihak terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama dan Badan Amil Zakat (Baznas) di Jambi khususnya kata Endang perlu membuat kebijakan dan komitmen untuk mendidik yang mengarahkan anak-anak pelajar membuka tabungan.
"Seperti Baznas melalui program beasiswanya yang disalurkan melalui tabungan juga menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan angka tabungan. Kemudian tak kalah pentingnya kita harus promosi untuk meningkatkan budaya menabung masyarakat sejak dini," jelasnya.
OJK lanjutnya, telah menginisiasi program KEJAR bersama Pemprov jambi dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Jambi. Kegiatan dalam rangka Hari Indonesia Menabung itu di pusatkan di kantor pusat Bank Jambi, Kamis (10/9) lalu yang dibuka langsung Gubernur Jambi, Fachrori Umar yang saat ini tengah cuti kampanye pilkada.
Dalam kegiatan bertema Gerakan Jambi KEJAR itu kata Endang juga ada penandatanganan komitmen bersama pembukaan serentak 1.000 rekening pelajar. Dan diharapkan kabupaten/kota di Jambi dapat menjalankan program KEJAR ini dalam rangka mendidik anak-anak di kalangan pelajar untuk mengenal tabungan secara formal
Endang mengatakan dalam Hari Indonesia Gemar Menabung menunjukkan dukungan dan komitmen Pemerintah Provinsi Jambi terhadap budaya menabung sedini mungkin bagi kelompok pelajar,.
Sebab itu ia berharap kerja sama tersebut dapat ditingkatkan demi terwujudnya kepemilikan rekening bagi pelajar di Provinsi Jambi melalui program Jambi KEJAR.
Sementara Gubernur Jambi Fachrori Umar, saat itu mengatakan dengan banyaknya masyarakat di Provinsi Jambi memiliki rekening di bank, maka semakin mudah sebagai penerima manfaat dan semakin mudah untuk mengembangkan usaha.
Fachrori juga mengapresiasi OJK yang gencar memberi pemahaman literasi dan inklusi keuangan kepada para pelajar di Provinsi Jambi salah satunya dengan program KEJAR.
Manfaat Menabung
Dalam Opening Bulan Inklusi Jambi yang digelar secara virtual itu, selain dihadiri Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Plt Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Kemenag Kota Jambi, Ketua Baznas Kota Jambi, Ketua Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (FKIJK) Provinsi Jambi, Ketua Asosiasi Industri Jasa Keuangan di Provinsi Jambi dan Pimpinan Industri Jasa Keuangan di Provinsi Jambi serta ratusan pelajar SMP dan MTS se-Kota Jambi, juga dihadiri Wakil Wali Kota Jambi, dr Maulana.
Wakil Wali Kota Jambi itu mengapresiasi program KEJAR yang ia yakini merupakan upaya membangun masa depan masyarakat dengan baik dimulai sejak dini. Bahkan ia menargetkan pada tahun 2023, 90 persen pelajar di Kota Jambi sudah memiliki tabungan.
Maulana mengatakan menabung adalah upaya mempersiapkan masa depan yang lebih baik, menabung juga sebagai upaya untuk hemat dan tidak berlebih-lebihan. Menabung juga merupakan pondasi dasar agar seseorang dapat mengelola keuangan nya baik pada saat ini maupun di masa yang akan datang.
Manfaat lainnya kata Maulana, dengan menabung seseorang belajar hemat, mencegah berhutang, belajar sabar, belajar lebih disiplin dan belajar membangun karakter.
“Jika ketika kecil kita sudah biasa sering menabung, maka ketika dewasa kita bisa diarahkan untuk menyisikan penghasilan untuk belajar berinvestasi atau melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan uang lainnya,” kata Maulana ditujukan kepada pelajar SMP dan MTS yang mengikuti kegiatan secara virtual tersebut.
Maulana juga memastikan Kepala Dinas Pendidikan Kota Jambi akan mengeluarkan surat imbauan kepada seluruh kepala sekolah dan para guru se-Kota Jambi untuk mendukung program KEJAR tersebut sebagai upaya melatih anak-anak gemar menabung.
Dalam Opening Bulan Inklusi Jambi itu, juga ada pemberian secara simbolis rekening tabungan untuk 3.000 pelajar di Kota Jambi dengan nilai Rp1 miliar.
Dengan berbagai upaya melalui program yang dilakukan OJK bersama perbankan dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Provinsi Jambi khususnya, tentu kita semuanya menyakini pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan jasa keuangan akan semakin meningkat yang tentunya bermuara pada kesejahteraan masyarakat itu sendiri karena pengelolaan keuangan mereka tertata dengan baik dan sesuai kebutuhan.***