Jakarta (ANTARA) - Dolar jatuh ke level terendah dalam lebih dari dua minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), menyusul kenaikan kuat baru-baru ini karena investor menjadi gelisah menjelang data inflasi AS dan ketika bank sentral di luar Amerika Serikat muncul semakin hawkish.
Ahli strategi mengatakan rilis pada Selasa dari laporan indeks harga konsumen bulanan AS akan diawasi ketat untuk petunjuk tentang seberapa agresif Federal Reserve mungkin perlu menaikkan suku bunga minggu depan untuk melawan inflasi yang tinggi.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) - unit penetapan kebijakan The Fed - diperkirakan pada pertemuan 20-21 September akan menaikkan suku bunga pinjaman overnight bank sentral lagi dari kisaran saat ini 2,25-2,50 persen.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama lainnya, telah menguat di tengah ekspektasi Fed yang agresif dan mencapai puncak dua dekade di 110,79 pada Rabu (7/9). Pada Senin (12/9), turun 0,4 persen di 108,31 setelah mencapai level terendah sejak 26 Agustus.
"Ini merupakan penghentian dari kenaikan dolar yang tak henti-hentinya," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera. "Apa di balik itu pada dasarnya adalah sentimen risiko yang meningkat, bank-bank sentral hawkish dari luar negeri dan harapan bahwa inflasi AS akan menunjukkan bahwa yang terburuk ada di belakang kita, (dengan) harga konsumen keluar besok."
"Salah satu hal yang membantu membatasi serangan pelemahan dolar adalah tanda-tanda ekonomi AS yang tangguh," tambah Manimbo.
Survei ekspektasi konsumen bulanan Fed New York menunjukkan pada Senin (12/9) bahwa ekspektasi inflasi konsumen AS turun lebih lanjut pada Agustus karena harga bensin memperpanjang penurunan tajam dari rekor tertinggi Juni, sebuah perkembangan yang kemungkinan akan membawa sedikit kelegaan bagi pejabat bank sentral AS yang telah mengkhawatirkan bahwa inflasi tertinggi dalam 40 tahun dapat mengubah persepsi konsumen tentang betapa sulitnya guncangan harga saat ini.
Euro naik terhadap dolar ke level tertinggi sejak 17 Agustus. Euro mencapai level terendah 20 tahun di 0,9862 dolar minggu lalu. Euro terakhir naik 0,7 persen pada 1,0117 dolar.
Pembuat kebijakan ECB melihat peningkatan risiko bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga utamanya menjadi 2,0 persen atau lebih untuk mengekang rekor inflasi di zona euro, sumber mengatakan kepada Reuters.
Pada saat yang sama, institut Ifo mengatakan pada Senin (12/9), dalam putaran U dari perkiraannya tiga bulan sebelumnya, bahwa ekonomi Jerman akan berkontraksi tahun depan karena kenaikan dramatis dalam biaya energi ketika perang Ukraina memadamkan peluang pemulihan setelah penguncian COVID-19.
Terhadap dolar, sterling terakhir diperdagangkan di 1,1681 dolar, naik 0,8 persen dan menguat dari level terendah 37 tahun minggu lalu.
Dolar naik sedikit terhadap yen Jepang, pada 142,75 yen, tetapi turun dari level tertinggi 24 tahun di 144,99 yang dicapai minggu lalu.
Selama akhir pekan, pejabat Jepang mengisyaratkan intervensi untuk menghentikan pelemahan mata uang lebih lanjut. Seorang juru bicara senior pemerintah mengatakan dalam sebuah wawancara televisi lokal bahwa pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melawan penurunan yen yang berlebihan.
Dolar Australia naik 0,6 persen menjadi 0,6883 dolar AS.
Di pasar uang kripto, bitcoin terakhir naik 2,69 persen menjadi 22.422,00 dolar AS, sementara ethereum turun 2,3 persen pada 1.726 dolar AS.