London (ANTARA) - Dolar AS melanjutkan penurunannya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena selera risiko di seluruh pasar sementara menguat, didukung oleh data ekonomi yang menggembirakan dan taruhan bahwa Federal Reserve akan memperketat kebijakan pada kecepatan yang lebih lambat.
Indeks dolar berada di jalur untuk penurunan lebih dari 1,5 persen pada Mei - meskipun tetap naik sekitar 6,0 persen pada tahun ini. Terakhir turun 0,3 persen hari ini di 101,440.
Baca juga: Dolar menuju kerugian bulanan karena spekulasi pengetatan Fed mereda
Perdagangan kemungkinan akan ringan hingga Senin (30/5/2022) karena pasar saham dan obligasi AS tutup untuk libur umum Memorial Day.
Data pada Jumat (27/5/2022) menunjukkan bahwa belanja konsumen AS naik lebih besar dari yang diharapkan pada April karena rumah tangga mendorong pembelian barang-barang dan jasa-jasa, dan kenaikan inflasi melambat.
Para analis mengatakan data yang menggembirakan, ditambah dengan taruhan pada jalur pengetatan yang lebih hati-hati oleh The Fed, melemahkan dolar.
Pasar saham dunia naik pada Senin (30/5/2022), karena pelonggaran pembatasan COVID-19 dan stimulus baru di China membantu mempertahankan rebound minggu lalu.
Baca juga: Dolar jatuh minggu ke-2, pedagang pangkas ekspektasi naiknya bunga Fed
Yuan China yang diperdagangkan di luar negeri menguat sebanyak satu persen terhadap dolar di tengah berita pembukaan kembali pembatasan Covid-19, dan terakhir naik 0,7 persen pada 6,6771 yuan per dolar.
"Bagaimana konsumen AS bermain dari sini dan dari perspektif global bagaimana kinerja ekonomi China akan menjadi penentu penting bagi selera risiko investor yang lebih luas," kata analis mata uang di MUFG dalam sebuah catatan.
Sejumlah data ekonomi lebih lanjut akan dirilis minggu ini yang dapat memberikan petunjuk tentang prospek pertumbuhan global, termasuk angka pekerjaan AS dan angka Indeks Manajer Pembelian (PMI) China.
Data inflasi dari Jerman dan Spanyol pada Senin (30/5/2022) menunjukkan kenaikan harga-harga mengalami percepatan pada Mei, didorong oleh melonjaknya harga energi, menjelang angka inflasi zona euro pada Selasa waktu setempat.
Baca juga: Rupiah menguat seiring turunnya ekspektasi kenaikan suku bunga agresif
Angka inflasi membantu membatasi kenaikan euro, dengan mata uang tunggal naik 0,3 persen pada 1,07700 dolar AS, setelah sebelumnya mencapai tertinggi bulanan di 1,07810 dolar AS.
Mata uang safe-haven yen turun kembali 0,5 persen menjadi 127,715 yen per dolar. Sterling naik tipis 0,1 persen menjadi 1,26405 dolar AS.
Mata uang kripto mencoba rebound tetapi bitcoin, yang naik 4,0 persen, masih bertahan di sekitar 30.000 dolar AS.