Bali (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan kegiatan Presiden Joko Widodo bersama pemimpin dan delegasi KTT G20 menanam mangrove (bakau) di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Bali, menjadi bukti nyata kerja sama tangani perubahan iklim.
Menurut Moeldoko, kegiatan Presiden di Tahura pada Rabu pagi menegaskan keseriusan Indonesia merestorasi dan merehabilitasi hutan mangrove dan merestorasi lahan kritis Indonesia.
"Penanaman mangrove bersama para kepala negara menunjukkan solidaritas, kerja sama, dan kolaborasi global dalam mengatasi perubahan lingkungan,"ujar Moeldoko.
Ia mengatakan bahwa mangrove menjadi pilihan Presiden Joko Widodo karena hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi diantara hutan mangrove yang lain. Tercatat ada 92 spesies hutan mangrove alami yang dimiliki Indonesia.
Selain itu, hutan mangrove Indonesia mampu menyerap 3,1 miliar ton karbon, atau setara dengan emisi gas dari 2,5 miliar kendaraan dalam setahun.
"Angka yang sangat besar dan berarti bagi perubahan iklim," kata Moeldoko.
Data Bank Dunia per Juli 2021 menunjukkan Indonesia memiliki hutan mangrove seluas 3,5 juta hektare.
Angka tersebut mewakili 23 persen dari luas hutan bakau dunia.
Meski memiliki luas yang besar, Indonesia tetap membangun pusat persemaian rumpin untuk menghasilkan ratusan juta bibit siap tanam yang berkualitas.
"Bibit tersebut akan ditanam di lahan kritis untuk mengembalikan fungsi lahannya," ujar Moeldoko.
Dalam upaya memulihkan lahan kritis, Pemerintah sudah merehabilitasi tiga juta lahan kritis pada rentang waktu 2010 sampai dengan 2019. Indonesia juga berupaya merehabilitasi hutan mangrove seluas 600.000 hektare hingga 2024.
"Kita juga berhasil mengembangkan ekosistem mobil listrik dan membangun pembangkit tenaga surya terbesar di Indonesia," ucap Moeldoko.
Sebagai salah satu dari agenda prioritas KTT G20, transisi energi juga menjadi bahasan utama dalam konferensi. Indonesia juga fokus memanfaatkan energi baru terbarukan, termasuk biofuel, serta pengembangan industri berbasis energi bersih.
Pemerintah juga berkomitmen membangun industri hijau terbesar di dunia di Kalimantan Utara. Salah satu yang menjadi tema pembicaraan bilateral adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan di Bulungan, Kalimantan Utara.
"Penandatanganan MoU dengan Sumitomo untuk membangun PLTA Kayan berkapasitas 9.000 megawatt, bukti komitmen kita dalam transisi energi," kata Moeldoko.