Chicago (ANTARA) - Harga emas merosot tajam di akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), berbalik melemah dari keuntungan sehari sebelumnya menjadi berkubang di bawah level psikologis 2.000 dolar AS untuk pertama kalinya sejak 1 Mei karena greenback menguat.
Emas berjangka terdongkrak 2,90 dolar AS atau 0,14 persen menjadi 2.022,70 dolar AS pada hari Senin (15/5) setelah tergerus 0,70 dolar AS atau 0,03 persen menjadi 2.019,80 dolar AS pada hari Jumat (12/5), dan merosot 16,60 dolar AS atau 0,81 persen menjadi 2.020,50 dolar AS pada hari Kamis (11/5).
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,2 persen menjadi 102,61, saat investor mengawasi pembicaraan plafon utang untuk mencegah kemungkinan gagal bayar yang dapat bergema di seluruh pasar aset dan merusak kepercayaan pada ekonomi terbesar di dunia itu.
Emas menetap di bawah 2.000 dolar untuk pertama kali sejak awal Mei dan setelah reli ke rekor tertinggi. Hal ini karena investor berlari ke mata uang yang relatif aman dolar dan obligasi pemerintah AS di tengah data ekonomi AS yang beragam menunjukkan penjualan ritel dan indeks perumahan bertahan.
Dalam sebuah wawancara di Bloomberg Television, Selasa (16/5), Presiden Federal Reserve Richmond Tom Barkin mengatakan bahwa pernyataan Fed setelah pertemuan Mei paling baik ditafsirkan sebagai memberikan opsi kepada para pejabat untuk menaikkan suku bunga lagi pada bulan Juni atau berhenti.
Barkin menyukai opsionalitas yang tersirat dalam pernyataan itu.
"Saya pikir itu memberi Anda waktu ... untuk mengatakan apakah masih ada lagi yang perlu kami lakukan atau masih boleh menunggu," katanya.
Barkin mengatakan pihaknya melacak data dan akan memutuskan nanti tentang jeda atau kenaikan suku bunga pada bulan Juni.
"Emas lebih rendah karena Wall Street menunggu pembaruan yang berarti dengan pembicaraan plafon utang," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan online OANDA.
Ia juga mencatat bahwa logam kuning tidak mendapat bantuan dari rebound belanja konsumen pada bulan April.
Moya mengatakan bahwa Wall Street bersiap untuk sesuatu yang buruk terjadi.
"Akan tetapi, tidak ada yang tahu apa yang akan menjadi katalisator itu," katanya.
Ia melanjutkan, "Itu bisa berupa kebuntuan pagu utang, ketakutan perbankan yang terus-menerus, atau konsumen yang jauh lebih lemah karena inflasi yang persisten menjadi lebih terlihat."
Sementara itu, data ekonomi yang dirilis pada hari Selasa (16/5) beragam. Federal Reserve melaporkan bahwa produksi industri AS naik 0,5 persen pada bulan April setelah bergerak sideways dalam 2 bulan sebelumnya.
Indeks kepercayaan bulanan National Association of Home Builders (NAR) AS naik lima poin menjadi 50 pada bulan Mei. Ini adalah bulan kelima berturut-turut sentimen meningkat di kalangan pengembang.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan ritel AS meningkat 0,4 persen pada bulan April jika dibandingkan dengan Maret ketika penjualan turun 0,7 persen. Ini merupakan kenaikan penjualan ritel pertama sejak Januari.
Departemen Perdagangan AS juga melaporkan bahwa persediaan bisnis AS turun 0,1 persen pada bulan Maret, penurunan pertama dan pembacaan terlemah sejak April 2021.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman pada bulan Juli melemah 39,80 sen atau 1,64 persen, menjadi berakhir pada 23,893 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman pada bulan Juli merosot 7,80 dolar AS atau 0,73 persen, menjadi menetap pada 1.066,90 dolar AS per ounce.