Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menerapkan praktik ekonomi sirkular sebagai strategi untuk mengelola sampah secara berkelanjutan.
"Ekonomi sirkular adalah konsep memaksimalkan nilai penggunaan suatu produk dan komponennya secara berulang, sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang," ujarnya.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional milik Kementerian LHK, pada 2022 Indonesia menghasilkan sekitar 68,5 juta ton sampah dengan sekitar 18,5 persen di antara volume sampah tersebut berupa sampah plastik.
Ia menuturkan pergeseran pola hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia, terkhusus penggunaan plastik sekali pakai, memberikan adil besar terhadap tumpukan sampah plastik.
Dinamika dan inisiatif di berbagai daerah melalui gerakan-gerakan untuk mengurangi sampah plastik, katanya, terus tumbuh di tengah masyarakat.
Dalam konteks pengelolaan sampah, imbuhnya, praktik ekonomi sirkular bisa diwujudkan melalui praktik pengurangan sampah, desain ulang, penggunaan kembali, produksi ulang, dan daur ulang secara langsung. Praktik itu dapat dicapai melalui transfer teknologi dan penerapan model bisnis baru.
"Ekonomi sirkular pada tingkatan produsen telah dimulai dengan menerapkan tanggung jawab produsen yang diperluas atau extended producer responsibility (EPR)," kata Menteri Siti.
Hingga Desember 2022, Kementerian LHK mencatat 15 produsen telah menerapkan EPR dengan jumlah sampah terkurangi 1.145 ton.
Saat ini, pemerintah melakukan pendampingan teknis peta jalan pengurangan sampah terhadap 353 produsen di Indonesia.
Ia mengungkapkan potensi ekonomi sirkular juga ada pada tingkatan masyarakat, yaitu 14.457 bank sampah yang memiliki jumlah nasabah 403.197 orang dengan sampah terkelola rata-rata 460.554 ton per tahun.
"Nilai ekonomi pada tingkatan ini diperkirakan mencapai Rp5,1 miliar," katanya.
Pada tingkatan industri, jumlah sampah yang terkelola, semisal pada 36 tempat pengelolaan sampah terpadu mencapai 27.886 ton, 75 rumah kompos 16.105 ton, dan 22 pusat daur ulang mencapai 18.689 ton per hari.
Sampah yang terkelola dengan jumlah yang besar juga terdapat pada suatu fasilitas RDF dengan jumlah kelola sampah 50.804 ton, dua fasilitas ITF mampu mengelola sampah hingga 6.036 ton, dan 282 tempat pengelolaan sampah 3R sebanyak 87.574 ton.
Pada sektor informal, Kementerian LHK memperkirakan pekerja yang mencari dan mengumpulkan sampah dapat mengelola 10-20 kilogram per hari per orang, sedangkan pada tingkat pengepul bisa mengelola sampah 200-700 kilogram per hari.
Kewirausahaan sosial juga bisa memanfaatkan sampah dalam bisnis usaha. Saat ini 176 mitra yang rata-rata dapat mengelola 50 ton sampah setiap bulan.
"Potensi ekonomi sirkular selain mendatangkan manfaat ekonomi untuk masyarakat juga sejalan dengan target pencapaian zero waste pada 2040, serta zero emission pada 2050 atau lebih cepat," kata Menteri Siti.