Jakarta (ANTARA) - Ekonom Josua Pardede menyatakan penguatan rupiah dipengaruhi kondisi pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang melemah.
Data ADP menunjukkan adanya 89 ribu pekerjaan jauh di bawah harapan yang sebesar 153 ribu pekerjaan.
Sentimen untuk kawasan Asia juga membaik seperti halnya di Tiongkok, setelah pertumbuhan aktivitas pabrik baru-baru ini kembali terjadi pada bulan lalu.
Selain itu, lonjakan perjalanan selama liburan Golden Week telah meningkatkan harapan akan penguatan pemulihan, yang mendukung perekonomian kawasan.
Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah menguat sebesar 5 poin atau 0,04 persen menjadi Rp15.613 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.618 per dolar AS.
Adapun kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat, turut melemah ke posisi Rp15.628 dari sebelumnya Rp15.601 per dolar AS.
Dolar AS diperdagangkan melemah terhadap mata uang G-10 menjelang data Non Farm Payrolls (NFP). Investor memperkirakan pasar tenaga kerja akan melemah.
“Salah satu pejabat The Fed, Mary Daly, menyatakan bahwa The Fed dapat mempertahankan suku bunga stabil jika pasar tenaga kerja dan inflasi terus mereda. Pernyataannya meningkatkan ekspektasi bahwa jika indikator pasar tenaga kerja melemah, The Fed akan mempertimbangkan untuk mempertahankan suku bunga,” ujar Josua.