Jambi (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jambi mendirikan Toko Inflasi di Kabupaten Kerinci sebagai respons atas tingginya angka inflasi di daerah tersebut.
Gubernur Jambi Al Haris di Jambi, Selasa, mengatakan inflasi di Kerinci menjadi evaluasi Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) karena masuk dalam 10 kabupaten tertinggi.
Haris mengatakan Kerinci termasuk daerah penghasil, namun hasil perkebunan seperti beras, cabai dan lainnya banyak dijual keluar daerah seperti Sumatera Barat dan Bengkulu karena harga lebih tinggi.
Dampaknya, kata dia, harga sembako di daerah tersebut menjadi tinggi karena pasokan yang terbatas.
"Ketika tren hukum dagang ini berlangsung bahwa pedagang lebih cenderung menjual pada yang lebih mahal harganya, sehingga pasokan Kerinci itu lebih banyak dijual ke luar Provinsi Jambi termasuk juga ke Sumatera Barat, ke Bengkulu sehingga pasokan dalam daerah Kerinci terganggu dan muncullah kemahalan itu," kata Haris.
Untuk mengendalikan inflasi di Kerinci, Pemprov Jambi siap menciptakan toko inflasi di pasar dengan harapan dapat mengendalikan harga pangan di daerah tersebut.
"Minggu depan kita akan ciptakan toko inflasi di Kerinci, di pasar di Kota Sungai Penuh dengan harapan menjadi tumpuan masyarakat agar harga bisa terstandard dengan baik di Kerinci nantinya," kata Gubernur.
Haris juga mengingatkan kepada Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jambi dan Kerinci untuk memantau pergerakan harga pangan dan memastikan pasokan sembako cukup untuk kebutuhan masyarakat di sana.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi melaporkan inflasi di Kabupaten Kerinci pada April 2024 sebesar 6,09 persen (yoy).
Kepala BPS Agus Sudibyo mengatakan mengingatkan TPID terkait tingginya angka inflasi.
Inflasi di Kerinci dipengaruhi adanya kenaikan sejumlah komoditas penyumbang inflasi yaitu bawang merah yang naik 75 persen pada April 2024 dibanding harga bulan sebelumnya. Kemudian harga cabai rawit mengalami kenaikan sebesar 7 persen.